Minggu, 14 Juni 2015

CATATAN LAIQA : " KETIKA PERPISAHAN ITU DATANG"



Malam sunyi menampakan ketentraman dengan pancaran sang bulan menghiasi keindahan malam. “Kak malam ini tidur di sini yah?” sahut ayah yang memanggil di ruang televisi. “ Iya, pak tumben mau di temenin “ sahut ku yang sedang sibuk beraktivitas di kamar. Perkenalkan namaku laiqa, sedikit saja  perkenalan tentang aku karena ada yang bilang tak kenal maka ta’aruf. Aku seorang mahasiswi di salah satu perguruan tinggi di Bogor. Aktivitas saat ini aku sedang menyusun skripsi, bayangkan tinggal beberapa bulan lagi toga akan aku pakai, dan berfoto bersama ayah, ibu juga adik tercinta. Keluarga kecil ini membuat aku merasa seperti manusia yang bahagia. Di tengah kesederhanaan yang diajarkan oleh ayah dan ibu, serta kehangatan kasih saying mereka membuat aku menjadi seorang anak yang paling beruntung karena di besarkan oleh mereka. Walaupun 5 tahun terakhir keluarga kami di beri ujian oleh sang Maha Pencipta, ujian ini adalah dengan dikirimnya penyakit pembengkakan jantung kepada ayah. Mungkin  karena aku di besarkan dalam lingkungan yang tegas membuat aku menjadi seorang anak yang kuat. Aku tidak pernah menunjukkan rasa sedih di depan ayah dan ibu, karena aku mengkhawatirkan mereka . beberpa bulan ini ayah sering kambuh, keluar masuk rumah sakit. Aku salut dengan ayahku, dalam kondisi yang tidak sehat beliau masih menyempatkan mengantarkan ku ke tempat PKL di  balik baju   tentaranya yang gagah, namun fisik ayah tak segagah penampilannya. Ia masih menyembunyikan rasa sesak sesekali di depan ku agar terlihat sehat. Namun aku tahu jika itu hanyalah sandiwara saja agar aku bisa menyelesaikan PKL ku dengan tenag tanpa rasa khawatir. Ayah semoga Allah menjagamu…
“Bagaimana kak sudah selesai? “ Tanya ayah dengan penasaran .
 “ iya pak lancar tadi sih hanya pengenalan aja” jawab ku sambil menaruh tas dan mengambil makanan.
Ayah bukan sesosok laki laki romantic yang sering bertanya tentang keadaan sang anak, iya lugas langsung ke pokok permasalahan. Oleh sebab itu aku jarang bercerita kepada ayah tentang semua permasalahan ku. Karena aku pikir ayah sudah menanggung beban ku hingga beliau setua itu, jadi untuk apa aku menambah nya dengan bercerita tentang masalah ku. Masa tiga bulan PKL sudah aku lewati sekarang saat nya aku mulai berperang dengan laptop dan bahan tugas akhir. Perjuanganku selama tiga tahun kuliah sebentar lagi akan ku peroleh hasilnya yaitu sebuah sertifikat kelulusan untuk ayah. Betapa senangnya hati ku saat itu, pikirku melayang aku akan mencari pekerjaan setelah seminar sehingga aku bisa segera  memberikan sesuatu untuk ayah ibu dan adik. Hari demi hari aku lewati tanpa kenal lelah, aku terus berjuang menyelesaikan tugas akhir
“ Mah…ada maling…ada maling.” Teriak adikku yang gemetar memanggil ibu ku di kamar
“ maling apa de?? Kamu mimpi kal, orang bapak lagi tidur diluar masa ada malingi” ibu ku menenangkan adik .
“ mah tadi aku liat sendiri dia mengambil dompetku yang isinya uang buat bekal study tour , aku kejar malingnya tapi aku jatuh “ cerita dengan gemetar sambil menangis menahan luka di kakinya.
Mendengar suara gaduh, aku langsung terbangun “ ada apa ini de?” Tanya ku dengan heran.
“ ada maling kak…!!!” jawab adikku
“apa…!!!! Ada maling innalillahi, apa aja de yang diambil???” Tanya aku sambil memeriksa barang dikamar.
“Cuma.. dompet ku ka yang aku tahu..” jawab adikku dengan perlahan
“astaghfirullah de, laptop kakak…ga ada , tadi ada disamping tempat tidur kakak, handphone pun kok ga ada, tadi lagi di charger” panik sepanik panik nya  aku sambil mencari siapa tahu aku salah
“ kak…..kaya nya bener deh laptopnya diambil, soalnya aku liat dia bawa benda hitam kayanya itu laptop kk” adikku berkata
“mah….” Jawab ku dengan lemas semua data tugas akhir ku yang tinggal beberapa revisi selesai hilang begitu saja.
“ada apa ini kok rame…” ayah ku terbangun dan masuk kedalam rumah.
“ iya pak kita kemalingan, uang, hp, dan laptop diambil..”jawab ibu dengan tenang
“Ya Allah.. bapak nyari uang, uang halal… kok bisa ya kemalingan” ayah ku duduk dengan lemas sambil menyeka air matanya yang hampir tumpah.
“ ga apa apa pak… ini bukan rezeki kita.. insyaallah Allah ganti dengan lebih baik.” Ibu menenangkan ayah agar penyakitnya tidak kambuh.
Kejadian ini membuat keluarga kami berduka, karena jujur saja semenjak ayah sakit,  keluarga kami hidup dengan sangat sederhana agar uang gaji yang ayah dapatkan cukup untuk membeli obat dan biaya sekolah aku serta adikku. Kemudian aku berpikir, Allah tidak mungkin memberikan ujian tanpa ada alasan. Ya dibalik ini semua aku harus belajar tentang mengikhlaskan sesuatu, karena pada dasarnya kita hidup di dunia ini dalam kondisi miskin, Allahlah yang memberikan kita penghidupan serta harta yang cukup. Jadi jika Allah berkehendak mengambil hartaNya untuk menguji kita maka ikhlaslah obatnya.
Semenjak kejadian itu aku berjuang dengan lebih keras dari biasanya, aku mengejar waktu. Karena waktu ku terbatas untuk memperjuangkan kelulusan. Laptop rusak bukan menjadi penghambat, setiap hari aku berangkat menuju warnet dekat kampus agar bisa mengerjakan data data yang hilang. Ah luar biasa kondisinya saat itu..hingga jadwal sidang di tetapkan. Aku bingung kemana aku harus meminjam laptop, sedangkan teman teman ku juga membutuhkan laptopnya untuk sidang. Aku tak mungkin menyusahkan mereka, dengan berat hati aku mengutarakan permasalahanku kepada ayah bahwa aku butuh laptop. Tak apa hasil pinjaman nanti segera mungkin aku kembalikan. Akhirnya ayah pergi kerumah sahabatnya, untuk meminjam laptop anaknya teman ayah. Ah sudah aku menyusahkan ayah ku lagi dan lagi…
Sidang … akhirnya perjuangkan melelahkan sebentar lagi, jadwal sidang sudah keluar. Persiapan belajar sudah mulai dicicil. Ayah… sebentar lagi aku lulus…
Akhirnyaa sidang yang di tunggu tiba, benar tenyata perjalanan 3 tahun di tentukan hanya dengan beberapa jam saja. Bismillah man jadda wa jada…sekitar satu jam setengah aku mempresentasikan hasil penelitian dan yang ditunggu  tiba pembacaan nilai kelulusan oleh dosen penguji. Aku lulus…..dengan predikat sangat memuaskan…betapa bahagia hati ini perjuangan lelah dan keringat akhirnya terbayar. Ayah… ini untuk dirimu…
Bulan agustus bulan menunggu dan mencari, menunggu wisuda bulan oktober dan mencari pekerjaan. Kebanggaan ku bukan cukup pada memeberikan kelulusan, aku harus mandiri agar ayah bisa dengan bangga menceritakan tentang putri  kecilnya ini.
“Pak tumben minta di temenin tidurnya?” Tanya ku heran .
 “iya pengen aja “ jawab ayahku. Memang dari dua hari yang lalu ayah mulai sering kambuh penyakitnya. Mungkin dia kangen dengan putri kecilnya yang selalu sibuk dengan tugas akhir. Malam ini sunyi, seperti malam sebelumnya aku mulai mengantuk dan tertidur menemani ayah. “ kak udah malam lanjutin tidur dikamar aja” ayah membangunkan ku  yang sedari tadi sudah tertidur pulas. “ yah pak, tapi bapak gmn? “ tanyaku sambil membuka sedikit mata. “ iya ga apa apa tidur sana” jawab ayahku.
Malam begitu cepat berlalu, saat itu aku tidak berpikir bahwa inilah malam terakhir aku bersama ayah. Tak ada prasangka…malam itu seperti malam malam sebelumnya.
Pagi menyapa bermandikan sinar mentari, udara pagi menyentuh wajah memanggil untuk melakukan aktivitas hari ini. Ibu  bersiap pergi ke kantor ayah untuk meminta izin bahwa ayah sedang tidak enak badan. “ maneh ulah lama lama nya, sanggeus selesai balik kaimah langsung” titip pesan ayah kepada ibu. “ kunaon pak ?” ibu berkata heran “ teu nanaon” jawab ayah dengan singkat.
Pukul setengah delapan aku mandi, berniat untuk mengurus aktivitas di kampus, memang malam itu aku sedikit khawatir untuk pergi karena ayah sedang kambuh. Tapi tadi pagi kulihat ayah tidur dengan nyenyak di ruang tamu.
“BRUUUK…!!!” Suara terdengar dari ruang tamu.
Selesai dari kamar mandi aku melihat ayah sedang kejang… astaghfirullah….Ya ALLAH ayah kenapa…
“pak… pak… kenapa?pak….” tangis ku memanggil ibu yang tertidur di kamar
Aku tahu ini mungkin  kata perpisahan yang selalu aku takutkan….mungkin ini saat nya aku berpisah. Ayah …. Aku belum membalas jasamu… aku belum sempat mengucapkan aku cinta ayah karena Allah.
Aku bimbing ayah mengucapkan kalimat tauhid, besar harapanku ayah bisa meninggal dalam keadaan khusnul khotimah. Ayah ikuti aku ikuti aku….
Tak terasa terlihat dengan jelas betapa sakitnya sakratul maut saat itu, ketika malaikat mulai mencapai tenggorokan dan mencabut jiwa jiwa muslim kembali dalam pengkuanNYa.
Hanya air mata yang menetes di wajah ayah, aku tidak tahu apa yang ayah lihat saat itu sehingga ada kesedihan di matanya.
Ayah… inikah perpisahan yang kita lewati….engkau belum melihat toga ku di sematkan ayah…aku ingin berfoto bersama… inikah qadarullah..aku ingin teriak aku tak sanggup kehilangan salah satu motivasi hidup ku….

Ayah Terimakasih banyak atas pengorbananmu…lelah mu dan keringat jihad mu menafkahi kami dengan harta halal tidak akan terbalas,, hanya Allah yang bisa membalasnya dan doa mengalir dari anak mu ini….
Ketika perpisahan ini datang… maka, aku harus berdiri tegak menggantikan posisi dirimu…
Ayah… rinduku mengalir begitu dalam…
Salam cinta dari Laiqa
Bersambung..

Jumat, 24 Oktober 2014

Laiqa Writing Competition


 Hijab Syar’i Gerakan Perubahan

“kamu ikutan aliran apa sih?”. Gubrak !!! Ya kata-kata itu menjadi pertanyaan  teman SMA-ku  saat  pertama kali bertemu denganku setelah beberapa bulan tak berjumpa karena kita sudah menjajaki dunia  kampus yang berbeda. Aku yang dilempari pertanyaan seperti itu hanya bisa tersenyum dan menjelaskan semampuku bahwa aku tidak mengikuti  ’aliran’ apapun, ini adalah proses perbaikan diri. Sebelum bertemu dengan teman-teman lamaku  aku sudah mengira bakal ada banyak pertanyaan yang berbaris mereka ajukan kepadaku, namun aku sudah mempersiapkan diri untuk bisa menjelaskan kepada mereka. Pantaslah mereka bertanya-tanya dengan penampilanku yang sekarang ini, bagaimana tidak,  mereka yang dulu biasa melihatku menggunakan jeans ketat, baju yang memperlihatkan bentuk tubuh dan cara pakai hijab yang ikut-ikutan seperti hijabers, sekarang berubah drastis dengan memakai gamis longgar dan  kerudung besar. Aku menganggap semua pertanyaan itu adalah sebuah bentuk perhatian  seorang sahabat yang melihat sebuah perubahan yang terjadi pada sahabatnya, dan tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk denganku. Dalam hati aku berkata tenanglah sahabatku aku nyaman dengan penampilanku sekarang, lebih sederhana dan apa adanya.
Perubahan yang aku alami ini bukan seperti memasak mie instan yang langsung jadi, ya walaupun tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama  untuk transformasi penampilan. ini bermula saat aku mengunjungi  Islamic Book Fair yang diselenggarakan di Istora Senayan tahun 2013 lalu. Entah apa yang aku rasakan saat itu, suasana yang membuat hati ini menggebu-gebu untuk bisa lebih mempelajari agama islam dengan baik, berkumpul dengan orang-orang yang senantiasa berlomba-lomba menuntut ilmu syar’i, kerumunan akhwat yang memakai kerudung besar, membuat hati ini terpacu untuk bisa memperbaiki diri jadi seorang muslimah yang selalu berada di jalan Surga. Kala itu aku  membeli beberapa buku dan satu helai gamis, dengan niatan ini adalah modal awalku untuk bertransformasi menjadi seorang akhwat yang lebih baik lagi.
Aku mulai menyempatkan diri untuk membaca buku yang aku beli disela-sela kesibukan kuliahku. Pada dasarnya aku sangat tidak suka membaca, terkecuali buku-buku pelajaran yang memang wajib aku baca. Alhasil untuk membaca satu buku saja yang halamannya tidak terlalu banyak aku bisa menyelesaikannya dalam waktu seminggu bahkan lebih.Namun, aku teringat dengan sebuah nasihat bahwa jika kita tidak sanggup untuk melawan rasa malasnya untuk belajar maka kita harus sanggup untuk menerima perihnya karena  kebodohan.  Dari situ aku mulai mencicil untuk mengaplikasikan apa yang telah aku baca dalam kehidupanku sehari-hari. Perubahan yang terjadi dalam aspek spiritualku juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan kampus yang menerapkan budaya islami dalam setiap aktivitasnya. Awal aku masuk kampus, aku merasa aneh melihat kaka tingkat dan sebagian teman seangkatanku menggunakan gamis dan jilbab besar, namun setelah mengikuti mentoring perlahan aku mengetahui alasanya kenapa mereka berpakain seperti, budaya kampus yang menerapkan keramahan dan saling menyapa saat bertemu dengan gaya khas jabat tangan sambil cipika-cipiki itu pun yang membuatku kaget karena sebelumnya aku tak pernah melakukan hal itu, dulu mungkin cukup dengan senyum, namun sekarang bertemu sambil berjabat tangan lebih afdol, terlebih lagi karena saat kita berjabat tangan dengan 1 orang maka gugur 1 dosa kita. Wah, kebayang kan kalau setiap bertemu dengan teman wanita kita berjabat tangan, dan berapa banyak teman yang kita jumpai saat berada dikampus, Subhanallah!  Aku baru mengetahuinya sekarang.
Buku ‘to be a true Muslimah’ adalah salah satu jalan untukku menjadi wanita yang sesungguhnya sesuai dengan perintah-Nya. Saat itu, pementorku mengajak aku dan teman yang lainnya untuk sama-sma membahas isi buku itu, hanya beberapa point saja yang baru pementorku jelaskan dari isi buku tersebut namun aku sudah tertarik sekali untuk membacanya. Ya, aku pinjam buku itu untuk beberapa hari kepada pementorku, subhanallah, dari buku itu aku banyak mengetahui apa yang sebelumnya buta dalam pikiranku, menjawab pertanyaanku diawal aku melihat  cara berpakaian akhwat dikampusku dan banyak memberiku inspirasi bagaimana harusnya bersikap dan berpenampilan,
Perlahan aku memberanikan diri untuk menggunakan pakaian syar’i, dimulai dengan menggunakan jilbab yang menutupi dada namun saat itu aku masih menggunakan jeans karena kebetulan belum banyak koleksi rok atau gamis yang aku punya. Perlahan aku mengganti seluruh jeans yang sering aku pakai dengan rok dan sesekali aku kenakan gamis untuk pergi ke kampus, dan perubahan terakhir yang aku lakukan adalah mengenakan jilbab syar’i yang menutupi dada, lebar , dan tidak terawang. Apa yang aku lakukan ini tidak terhindar dari komentar dan pertanyaan dari teman kampusku yang pertama kali melihat perubahan ini. Tapi alhamdulillah, banyak teman akhwatku yang sangat senang dan mendukung perubahan ini, mereka selalu menyanjungku dengan kalimat “subhanallah, jadi lebih cantik”. Alhamdulillah, ternyata dengan berjilbab syar’i seperti ini, aku lebih disenangi dan sekaligus mematahkan bahwa berhijab syar’i itu kuno dan terlihat tu, namun yang aku rasakan sangat berbeda.
Semenjak aku berubah, banyak sekali perubahan yang aku rasakan, bukan hanya perubahan yang membuatku menjadi lebih baik, tapi juga perubahan yang membuat suatu keadaan yang tidak aku senangi. Semenjak aku berhijab syar’i aku merasa ada beberapa orang temanku yang merasa segan dan agak mulai membatasi denganku. Entah karena penampilan dan sikapku yang lebih menjaga, atau karena mereka tida suka dengan perubahanku ini. Namun itu hanya segelintir dampak kurang baik yang aku terima dibanding limpahan karunia yang Allah berikan setelah aku berpakaian syar’i.
Bukan saja dari teman-teman kampusku yang menunjukan reaksi atas perubahan ini, namun saudara-saudaraku  terutama orang tuaku pun  merasa heran bahkan mereka cenderung khawatir dengan perubahan dan penampilanku ini.Mereka tak pernah bertanya kepadaku mengapa bisa aku berubah seperti ini, namun sikap mereka kepadaku menunjukkan betapa khawatirnya mereka jika aku mengikuti kegiatan-kegiatan yang aneh seperti banyak yang kita tahu, kegiatan berbasis islam namun malah banyak hal-hal yang salah didalamnya atau singkatnya aliran sesat.
 Sebenarnya ayah tidak terlalu suka dengan cara berpakaianku yang seperti ini,  menurut beliau pakaian seperti ini terlalu berlebihan tapi ia  tak pernah melarangku seperti ini, mungkin setelah waktu berjalan ia memahami kenapa aku melakukan ini. Namun layaknya kebanyakan orangtua  diluar sana terutama ibuku menjadi lebih protektif diawal perubahanku ia sering bertanya tentang kegiatanku dikampus, sering menyuruhku pulang seminggu sekali ke rumah, bahkan beberapa kali aku dijemput agar aku pulang, padahal waktu perjalanan rumahku dan tempat kos sekitar 2-3 jam, tapi ibuku rela menjemputku agar saat libur kuliah aku tidak mengikuti kegiatan-kegiatan  kampus, karena ibuku tidak mengizinkan aku mengikuti kegiatan organisasi apapun. Sempat aku membantah dan tetap bersikeras untuk mengikuti organisasi keagamaan di kampus tapi malah membuat aku dan ibuku sedikit cekcok. Aku merasa saat itu tak ada yang mendukungku malah cenderung mereka tak percaya dengan kesungguhanku untuk berubah menjadi yang lebih baik lagi, orangtuaku takut kalau nanti keistiqomahanku ini tiba-tiba pudar atau takut  jika aku melakukan kesalahan dan orang lain akan menilaiku sebagai orang yang munafik karena penampilanku yang sudah syar’i tapi perilakuku belum mencerminkannya.

Ya, aku hanya berusaha memahami kekhawatiran orang tuaku  dan berusaha menjadi anak yang patuh kepada  kedua orang tuanya, aku pun mengikuti nasihat dan keinginan orang tuaku untuk tidak mengikuti organisasi keagamaan dikampus, dengan tidak  melarangku untuk berpakaian syar’i. Dalam hati aku berkata aku hanya ingin berubah menjadi lebih baik, tapi mengapa orang terdekatku malah menyepelekanku dan tidak percaya dengan kesungguhanku????? Mengapa?? Ya hanya kata mengapa itulah yang selalu aku tanyakan disetiap perbincanganku dengan Allah lewat doa. Aku hanya ingin memperbaiki diri mulai dari cara berpakaian, mungkin sebagian orang ada yang berpendapat bahwa berhijab itu  dari hati aja lebih dulu, kan katanya percuma kalau hijab syar’i tapi kelakuanya amburadul. Tapi menurutku, hijab ini melindungi, membatasi antara yang baik dan yang tidak, menjaga wanita muslimah sepenuhnya, antara hijab dan perilaku itu berbeda, hijab itu kewajiabn dan perilaku itu akhlak yang tiap orang berbeda-beda. Hijab lebih membuatku terjaga dari perilaku yang kurang baik, meskipun tak selamanya yang mengenakan hijab itu baik, tapi yang baik pasti berhijab.Contoh nyatanya  saja,  dengan hijab syar’i aku kenakan membuat teman lawan jenisku segan dan dan lebih menghormatiku, ini menjadi sebuah indikator bahwa hijab syar’i menjadi sebuah pakaian taqwa sekaligus pakaian kehormatan bagi setiap wanita muslimah.
Hijab syar’i ini lebih membuat aku merasa sederhana dan berpenampilan apa adanya, berbeda sekali dengan sebelumnya. Aku ingin selalu tampil berbeda dengan gaya hijab yang di model-modelkan bak hijabers. Namun sekarang, aku sadar bahwa hakikat berhijab adalah menutupi kecantikan kita bukan malah untuk menjadi pusat perhatian karena berpenampilan yang mengundang perhatian, walaupun dengan berpakaian syar’i mungkin banyak orang yang memperhatikan kita karena tidak biasanya tapi setidaknya kita tidak mengundang mata lawan jenis kita karena tidak menggunakan pakaian yang memperlihatkan bentuk tubuh kita. Dengan berpakaian syar’i kita akan lebih terlihat cantik, meskipun bukan itu tujuan kita, bukan untuk lebih mempercantik diri kita, namun itulah alamiahnya, wanita yang melindungi dirinya dengan hijab syar’i akan lebih terlihat cantik da anggun.
Aku sangat bersyukur karena Allah telah menurunkan secercah hidayahnya kepadaku, manusia yang bergelimang dosa dan menempatkanku disekeliling orang-orang yang mencintaNya. Semoga ceritaku ini dapat menginspirasi saudari muslimah yang lain. Dan semoga kita semua diberi keistoqamahan oleh Allah SWT, aamiin


By : ukhti Evi . Tanah baru. Pemenang Laiqa writing competition (

AL-muzzamil, wahai orang yang berselimut…


          Malam menghiasi bumi dengan kegelapan, jiwa jiwa yang hidup terlelap dalam peraduan. Ingin sedikit mengingatkan tentang orang orang yang berselimut. Mengapa malam? Mengapa berselimut yang akan didiskusikan? Jawabannya simple, tapi penjelasannya panjang. Malam bagi sebagaian orang adalah waktu untuk berhenti dari segala aktivitas dunia dan waktu untuk mengistirahatkan raga. Benar sekali, itu adalah jawaban yang masuk akal setelah 8 jam kita habiskan untuk bekerja maka malam lah yang ditunggu oleh tubuh kita untuk beristirahat. Namun, tahukah ternyata pada waktu malam itu sebenarnya adlah waktu paling special. Mengapa dikatakan special? Karena pada waktu sepertiga malam terakhir Allah mendengar doa hambanya yang menghidupkan malam. Nah, lalu apa hubungan malam dan orang yang berselimut ? malam identik dengan tidur, sunyinya suasana serta dingin nya malam beserta hembusan angin yang menambah kenikmatan tidur. 
           Orang yang berselimut yang dimaksud adalah orang yang tidur. Kedua nya memiliki keterikatan dalam surat al muzzamil. Dalam surat ini Allah memanggil semua manusia yang sedang  berada dalam peraduannya untuk bangkit bertemu denganNYA, bisa kita lihat di ayat pertama “ wahai orang-orang yang berselimut” Allah jelas memanggil, pada saat turunnya ayat ini Allah memanggil langsung baginda Rasulullah SAW untuk bangkit dari selimut yang ia kenakan. Allah secara eksklusif berkata kepada manusia untuk bangun dan bermunajat lah pada waktu sepertiga malam. Akan tetapi, masih banyak saat ini umat setelah rasulullah wafat meninggalkan malam special bermunajat dengan Allah. setan setan menutupi mata untuk melihat, kaki untuk malas mengambil wudhu, dan hati untuk menolak bangun. Al-Muzzamil sebuah pesan dari Rabbunna, sebagai tanda cinta Nya kepada kita karena dalam sepertiga malam terakhir adalah waktu terbaik untuk tubuh kita dan mampu menjernihkaan akal di tengah kejenuhan duniawi. Sebuah refleksi dan pengingat diri, bahwa  dalam sepertiga malam terakhir adalah waktu untuk bermunajat dengan sepenuh hati. Dalam kesepian setelah aktivitas dunia yang melelahkan maka Allah memanggil kita di sepertiga malam terakhir untuk menghimpun tenaga, karena ternyata ada kebaikan luarbiasa yang dimiliki oleh sepertiga malam terakhir. Wahai orang yang berselimut penuhilah hak mu untuk bertemu RabbMu…
By: Bunga Kesabaran

Rabu, 30 Juli 2014

Tentang kisah Pelangi


         Beberapa hari  melihat berbagai manusia mengajarkan aku tentang sesuatu, tiap orang ternyata memiliki permasalahan sendiri. Jika kita di posisikan sebagai mereka mungkin kita akan menganggap bahwa  masalah kita adalah masalah yang amat berat dan sulit. Akan tetapi jika kita memposisikan diri kita sebagai orang ketiga atau orang yang berperan  melihat adegan kehidupan kita, masalah itu tidak akan serumit yang kita pikirkan. Banyak kasus yang coba aku posisikkan diriku sebagai orang ketiga, bukan sebagai pemeran utama. Hasilnya yah, ternyata penyelesaian nya begitu mudah ketika kita menjadi orang ketiga, namun ada sesuatu yang orang ketiga tidak melihat konflik batin pemeran utama. Hal yang tidak bisa dilihat ketika kita menjadi orang ketiga. Well… inilah mengapa Allah  menganugrahkan tiap manusia memiliki perbedaan cara berpikir untuk menyelesaikan takdir.   

Yah, benar terkadang kita merasa bahwa orang tersebut kompleks , orang tersebut harus nya begini, orang tersebut tidak seharusnya seperti itu. Tahukah pelangi itu beraneka ragam?  Jika hanya terdiri dari satu warna saja maka ia bukan disebut pelangi bukan, begitupula bisa kita analogikan manusia. Kita di ciptakan oleh Allah dengan keragaman cara berpikir untuk menyelesaikan masalah dan jika manusia tersebut dapat menyelesaikan  setiap masalah makan ia akan dapat melihat pelangi. Manusia yang satu dengan manusia yang lain adalah pelangi yang saling melengkapi warnanya untuk menghiasi bumi.

Satu hikmah yang bisa dilihat disekeliling kita ialah, jangan menganggap bahwa hal sekecil apapun adalah hal sepele. Kita bisa melihat ciptaan Nya yang sangat luar biasa, dengan kesempurnaanNYa ia mampu menciptakan makhluk yang mampu berpikir. Jadilah manusia yang berpikir dengan iman dan akal mereka. Bukan manusia yang berpikir hanya dengan akal saja.

“Jadikan setiap kehidupan mu adalah pelajaran.”
By : bunga kesabaran

Selasa, 29 Juli 2014

CORETAN SEDERHANA TENTANG HAKIKAT KESABARAN



Assalamu'alaikum...khaifa khaluk ikhwatifillah.. hari ini menyempatkan menggoreskan kata kata yang bisa kita ambil hikmahnya. setelah beberapa lama vakum semoga ini menjadi tulisan pembawa hikmah tentang hakikat kesabaran yang luas tanpa batas. seperti kesabaran nabi Nuh as. serta kesabaran Rasullulah saw.

Suasana sore di langit bogor, senja yang menapakkan sinar nya mewarnai indah nya sore inni. Sore ini memang tidak seperti sore biasanya karena sore ini bertepatan dengan hari raya Idul Fitri. Hari yang sangat di tunggu oleh banyak muslim, namun entah mengapa saya menjadi begitu tidak suka dengan suasana Idul Fitri. Di tengah ketidak sukaan ini akhirnya saya menyadari akan satu hal, yaitu keluarga sejati. Apa makna nya, bagaimana membuatnya bahagia dan bagaimana kita melindunginya? Pelajaran yang sangat berharga, ternyata ditengah banyak orang di sekeliling kita hanya ayah, ibu, adik, kakak saja yang sebenar benarnya keluarga yang aka nada di garis terdepan saat kita dalam kondisi paling lemah. 
Ketika salah satu dari mereka pergi menjemput qodarullah, maka seperti burung yang perlahan kehilangan satupersatu bagian tubuhnya. Ia akan menjadi burung yang tak sempurna, walaupun orang lain melihat ia sebagai burung. Namun sebagai burung yang cacat. Belajar dari dua idul fitri mengajari saya tentang satuhal makna kesabaran yang lebih jauh, ternyata ia bukan hanya sebuah kata. Kesabaran adalah ilmu yang sangat sulit seperti halnya ilmu fisika dan matematika. Kesabaran tak berujung, kesabaran hanya berujung keikhlasan dan rasa syukur.

Meski terlihat menyedihkan namun ketika sabar itu kita jadikan benteng kita karena keimanan yang kita miliki maka, yang terlihat menyedihkan justru menjadi luar biasa.  Pesan untuk saudara ku seiman yang masih memiliki tubuh yang utuh ayah ibu adik kakak  maka jagalah mereka bahagiiakanlah mereka, karena kita tidak akan tahu qodarullah itu kapan akan terjadi. Suatu saat pasti akan tiba masa sang takdir menjemput. Dan saat itu waktu kita telah habis untuk bisa membahagiakan mereka.


Kesabaran tidak akan bertanya kapan ia akan berhenti, kesabaran tidak akan bertanya kapan ia selesai dari cobaan, Kesabaran tidak akan mengeluh dikala ujian datang. kesabaran hanya akan tersenyum dan mengatakan bahwa ia bersama Allah, karena Allah selalu bersama orang orang yang bersabar dengan keimananNYa. jadi apapun masalah atau ujiannya tetap bersabar dan tersenyumlah karena Allah selalu bersama kita.

Taqobballahu minna wa minkum…
SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1435 H
BY :BUNGA KESABARAN

Selasa, 24 Juni 2014

KESETIAN HATI DAN BINTANG


        Malam menghampiri sang rembulan yang siap menyapa sang hati. Angin bertiup menipis asa dan rasa. Rumput beristirahat dari kehidupannya. Sang hati masih terjaga untuk melihat sang malam. Ia menunggu rembulan memancarkan sinar kepada bintang. Namun rembulan ternyata nampak pucat ia tak secerahnya biasanya, paras rembulan tertutup kelabu awan. Bintangpun kini ikut menghilang mencari sang rembulan yang perlahan menghilang, sang bintang kehilangan rembulan. Senyum rembulan yang mampu menerangi malam yang gelap sangat dirindukan sang hati, kehangatan rembulan yang selalu bersama sang hati menghabiskan malam kini tak ditemuinya kembali.
Sang hati berkata pada bintang“ bintang malam ini sangat gelap janganlah engkau pergi seperti hal nya rembulan.”

Bintang menyapa kepada Sang hati “ aku tidak akan meninggalkanmu wahai hHati, karena dimanapun aku berada aku tetap berada di langit yang sama dimana engkau berada”.

Sang hati mengeluh kepada bintang ” tak ada yang aku miliki lagi Bintang aku hanya memiliki dirimu satu satunya penerang dikala malam ku, aku hanya bisa bertemu dengan mu di malam hari sedang pagi hari aku tak punya asa seakan pagiku adalah malamku”.

Sang bintang merenung “ wahai Hati, begitu sulitkah untuk mu melihat indah nya dunia, kau memiliki waktu 24 jam untuk melihat dunia sedangkan aku hanya beberapa jam saja bisa menikmati dunia ini”.

Sang hati menangis “ dunia ini indah bagi orang orang yang mencintai nya, aku takut Bintang ketika aku mencintai nyaaa mereka akan meninggalkan aku sendirian. Semua yang kurangkai telah aku biarkan pergi ditiup angin kehidupan. Aku lelah Bintang, aku hanya menunggu datang nya kematian.”

Sang bintang iba “ wahai Hati aku tidak tahu kehidupan di dunia sesulit itu, aku mengerti sekarang aku akan selalu setia menunggu dan menjaga mu dalam keimanan. Kesabaran akan menemukan takdirnya, suatu saat engkau akan menemukan kebahagiaan wahai Hati tunggulah ia. Dan hingga saat itu tiba aku akan menemani malam mu memberikan cahaya dengan setia, sepeti hal nya kesetiaan Rembulan pada sang Bintang.”

Sang hati menghapus air mata “ wahai bintang, Rembulan tak pernah pergi ia akan kembali kepada rumahnya. Tunggulah ia dengan kesabaran seperti kesabaran ku dalam menghadapi dunia”

Detik waktu terus dilalui oleh hati dan bintang menunggu dalam kesabaran, karena sesudah kesulitan ada  kemudahan. Semua akan indah pada waktu nya sesuai apa yang tertulis pada kitab lauful mahfudz. Bersabarlah seluas samudra kehidupan tanpa tepi, dan berdoa lah dalam mihrabNya. 

Sabtu, 14 Juni 2014

KESABARAN AKAN MENJEMPUT SANG TAKDIR



Malam yang sepi seperti malam malam lainnya, tiada yang istimewa. Angin bertiup di jendela mengusap wajah yang sedang memikirkan takdir. Hanya tertarik menulis sebuah catatan kesabaran menunggu takdir menjemputnya. Masalah takdir memang sebuah misteri illahi, entah tapi mengapa banyak manusia yang gagal dalam kesabaran padahal cahaya takdir ada diujung jalan yang  ketika ia berjalan selangkah lagi ia akan menemukan kebahagian.  Inilah fenomenanya, banyak orang yang menyalahkan takdir yang tak kunjung datang. Padahal ia tidak melihat sekelilingnya, banyak bunga indah bermekaran, banyak rindangnya pohon yang menyejukkan mata, manusia hanya terfokus kepada tujuannya tapi tidak melihat betapa indah perjalanan dalam kesabaran. Penulis pun pernah merasakannya, mengapa semua takdir tak sejalan dengan harapan, mengapa goresan impian tak sejalan dengan keadaan, lalu “apakah ini takdirku?”.  Pertanyaan demi pertanyaan mengalir seperti arus sungai yang tiada berhenti mempertanyakan keberadaan takdir.
Kerut dahi selalu bertanya kepada sang malam, inikah jalannya.  Banyak manusia yang tertipu dan menyerah kepada takdir, karena menganggap sudah berlari mengejarnya namun tak kunjung sampai. Namun tak sedikit pula yang menyerah karena melihat seseorang dengan mudah menjemput takdirnya. Ini sesuatu yang wajar saudaraku, kesabaran dalam menunggu takdir itu terkadang pahit, kesabaran dalam menunggu takdir itu sulit karena ia akan terus diuji.
Beginilah Allah memberikan kasih sayangNya kepada hambaNya, dengan cara mengujinya seberapa lama ia akan terus berusaha berlari menjemput takdir dalam kesabaran.
            Ishbir … wahai saudara ku….
Allah lebih senang kepada hambaNya yang selalu bersabar dalam menjemput takdir, coba lihat sekelilingmu, banyak bunga liar yang tumbuh ditengah kesepian atau lihatlah didepanmu ada samudra luas dimana banyak saudara mu yang berjuang menerpa badai. Pada dasarnya setelah kesulitan akan datang kemudahan, Allah telah menjanjikan dalam al-quran maka tiada lagi keraguan untuk selalu bersabar. Tersenyumlah karena ternyata Allah banyak menghadirkan banyak nikmat ditengah kesulitanmu. Maka tiada patut kita untuk bersedh atau menangisi takdir yang tak kunjung berujung, karena itu kuasa Allah . kita hanya diminta Allah untuk bersabar dan berikhtiar.
Hakikat kesabaran tak pernah berujung, sebagaimana Rasulullah menghadapi para kaum kafir, sebagaimana nuh bersabar selama ratusan tahun untuk mengajarkan tauhid, sebagaimana adam menemukan hawa, dan sebagaimana siti hajar berlari kebukit safa. Hiduplah dengan mulia untuk terus bersabar dan berikhtiar dalam menjemput takdir. Tuliskan sebanyak banyak takdirmu, karena Allah Maha Melihat dan bersama orang orang yang yakin akan kuasaNya. Kesabaran akan menjemput takdirnya
So keep smile, and keep tegakkan dakwah every where bersama kesabaranmu untuk menjemput takdir impian. ^_^9
By : Bunga Kesabaran