Jumat, 21 Juni 2013

PERNIK CINTA DIATAS SAJADAH

Siang ini begitu terik, panas nya merasuki kulit menyebabkan keringat yang tak diundang pun jatuh menetes tanpa dipinta. 
" hana, ayo cepatlah sebentar lagi dosen organik akan masuk!!" teriak hawa sambil melambaikan tangannya kepada hana. " iya hawa, sebentar ini aku sudah berlari ko .." hana berkata sambil terengah-engah. 

" kamu sih bawa bukunya banyak banget,, ribet banget sih siap-siapnya, jadi telat kan kita!" hawa berkata sambil menapaki tangga lantai dua tempat dimana kuliah dimulai. 

" afwan, hawa.."  hana pun berkata dengan sisa nafas terakhir sambil menapaki tangga.

aisyah nur hana seorang mahasiswi salah satu kampus di bogor jurusan kimia analisis, sekarang hana memasuki semester 3 dan sedang memasuki masa-masa berkarya dikampus nya. Di kampus, hana bukanlah mahasiswi yang menonjol dalam prestasi tapi dia juga bukan mahasiswi yang bernasib nasakom atau istilah lainnya " nasib satu koma".  Sekilas hana seperti perempuan biasa, namun ada yang berbeda dari dirinya ya ia berpenampilan aneh ditengah kondisi modernisasi anak-anak seusianya yang asyik dengan jeans, hotpants, pakaian jangkis dll. Akan tetapi hana berbeda,  ia justru menutup semua anggota badannya dengan pakaian yang longgar, berbalut rok serta kerudung lebarnya bahkan terkadang hana mendapat julukan " si  Jilbab Gondrong" dari teman-teman sekelasnya. 
" hana..ayo kita kan ada syuro hari ini, kamu lagi ngapain sih ??" hawa mencoba mendekati hana.
 " ups.. ga boleh liat ini buku masa depan aku hhe" hana bergegas menutup buku diary yang ia tulis sejak jam terakhir mata kuliah organik.
" oh gitu ya,, sekarang udah mulai rahasia-rahasiaan yah" hawa kesal sahabatnya mulai memiliki rahasia darinya.
" bukan ko,, ini bukan rahasia, tapi ini rencana masa depan aku. setiap manusia berhak dong merencanakan masa depannya, soal terwujud atau tidak ya kembali lagi terhadap skenario Allah" hana tersenyum mencubit pipi hawa yang gembil.
hana termasuk mahasiswi yang aktif di organisasi kampus, BEM, dan LDK merupakan sarana ia untuk berkarya. 

"Assalamu'alaikum ukh, ada ukh hana, ukh hawa dan ukh fitri" , suara terdengar di balik tabir hijab.

"wa'alaikumusalam, iya disini baru ada hana dan hawa, ukh fitri menyusul terkait masih ada jam kuliah" , sambut oleh hana yang kemudian mendekat ke tabir hijab.
" ya, sudah untuk mengefisienkan waktu kita mulai saja syuro kali ini dengan basmalah, dilanjut tilawah" suara tegas terdengar kembali. 
Suasana syuro begitu tenang dan terkadang sedikit memanas akibat perselisihan pendapat di antara mereka.
" afwan , akh anshori sebelumnya ana mau mengusulkan bagaimana acara leadership training ini di kemas secara menarik, dengan menghadirkan pemateri yang komunikatif, di tambah aplikatif langsung di lapangan" hana berkata dengan tegas namun lembut.
"iya, benar itu sekarang ini kita melihat bahwa banyak mahasiswa yang sudah kehilangan semangat untuk mengikuti acara seperti ini" hawa pun ikut memberikan saran pendkung.
" baiklah, kita buat konsep semenarik mungkin, ana pj kan konsep acara kasar ke masing-masing panitia acara. jadi syuro pekan depan kita bahas konsep ini" anshori berkata.

hana, hawa, fitri dan anshori berada di departemen yang sama di LDK yaitu departemen litbang. merekalah yang bertanggungjawab  untuk mengelola sumber daya manusia di LDK. 

Hana adalah seorang akhwat yang aktif di kampusnya, selain di LDK dia pun bergabung dengan BEM dan tentu di departemen yang sama yaitu litbang. 

" Hana, kamu mau lagsung pulang?? udah malem loh, nginep aja yuk di kosan ku" hawa berkata sambil melipat mukenanya yang ia pakai setelah sholat isya.


" iya, hawa aku pulang saja, khawatir ummi dan abi khawatir nanti klo aku ga pulang " hana menutup al-quran yang telah ia baca.

 " dasar kamu , yah... keras kepalanya ga ilang-ilang dari semester 1" hawa memeluk hana.
" hhe, keras kepala tapi ga keras hati ko.. ya udah aku pulang yah. kamu jangan lupa kerjakan laporan praktikum besok yah..assalamu'alaikum" hana melangkah keluar masjid sambil melambaikan tangannya kepada hawa.

hembus angin malam saat itu begitu menyejukkan hati menemani langkah hana untuk menuju rumah syurganya. semakin malam kota bogor semakin mempesona, mata hana  sejak tadi tidak lepas dari arah jendela 
" subhanallah... Allah Maha Karya, hingga malam pun menjadi sangat indah ditemani sang bulan" hati hana berkata
perjalanan menuju rumah hana memang lumayan jauh sehingga ia selalu menuliskan setiap pelajaran yang ia dapatkan pada hari ini. Tak terasa waktu berjalan cepat hingga hana pun tak sadar bahwa ia sudah sampai di depan gang rumahnya.
"maaf, pak kirii...!" teriak hana dengan halus
" iya, neng... eh. kelewat ya neng??" dengan refleks supir angkot menginjak remnya.
" gpp, pak, saya yang salah terlalu asyik menulis.. hhe ini pak uangnya kembaliannya ambil saja" sambil menyerahkan uang 5000 dari kantongnya
" loh kebanyakan neng, ongkosnya kan cuma 2000" supir angkot berkata dengan wajah yang bingung.
"anggap saja itu rezeki dari Allah buat bapak dan keluarga,..hati-hati ya pak sampai rumahnya salam buat anak bapak ya.."
" ya, makasih banyak ya neng, bapak jarang loh dapet penumpang kaya eneng . abang doain biar jodoh lancar dan dapet yang sholeh.." senyuman ikhlas keluar dari supir angkot yang telah renta.
" aamiin, pak,, saya duluan ya pak, assalamu'alaikum.." hana pergi dengan meninggalkan senyuman terbaiknya.

malam semakin menunjukkan keindahannya, langit bertabur bintang dan bulan bersinar dengan keikhlasannya menemani sang malam. rutinitas inilah yang selalu dijalani oleh hana, setiap detik waktunya hanya untuk bermanfaat bagi lingkungan sekitar kegiatan ini berlangsung hingga 1 tahun lebih. Hingga akhir semester 3 adalah fase perjuangan yang harus hana hadapi.

" hana, abi mu sakit ... semenjak menjemput mu malam kemarin"  ujar umi dengan lembut via telepon.
" abi sakit apa umi??? sudah dibawa ke rumah sakit? terus sekarang umi dimana??" seribu pertanyaan dikeluarkan hana dengan penuh kecemasan kepada ibunya.
" belum dibawa ke rumah sakit , abi bilang ini hanya masuk angin biasa besok sembuh kata nya" umi segera memberi kata kata penenang untuk hana.
" tapi umii...." sahut hana
" ya sudah, nanti hana pulangnya jangan larut malam lagi ya, soalnya abi ga bisa jemput.." umi kembali menenangkan hana
" iya, umii sehabis kuliah selesai hana akan langsung pulang, maafin hana ya umi.. hana selalu merepotkan umi dan abi" hana tidak bisa menahan tetesan air mata nya yang jatuh
" hana sayang, umi dan abi tulus sayang dengan hana,, jadi ga usah merasa merepotkan umi atau abi yah,, sudah hapus air matanya"
" umi, ko tahu hana menangis??? " isakan hana yang terdengar melemah.
" tahu dong, kan umi nya siapa dulu...hhe ya sudah pulang hati-hati ya hana" umi berkata sambil bercanda untuk mencairkan suasana.

setelah beberapa lama hana memperoleh kabar tersebut, hanphone hana bergetar kembali segera hana membuka pesan singkat tersebut.
" assalamu'alaikum, ukh mengingatkan hari ini syuro persiapan bakti sosial di masjid annur jam 16.00. jazakallah" isi pesan singkat dari anshori
" ya Allah aku lupa, hari ini ada syuro... bagaimana ini, semua catatan syuro ada di aku..mana hawa tidak masuk kelas " hana berkata pelan sambil mengayunkan hanphonenya. kemudian ia mencoba meminta izin untuk tidak hadir ke dalam syuro tersebut, huruf per huruf pun ia ketik dengan jarinya yang kecil
" wa'alaikumusalam, akh afwan ana tidak bisa hadir, orang tua ana sedang sakit., hasil syuro minggu kemarin ada di ana, bisakah akhi ambil??? " hana segera menekan tombol kirim ke kontak anshori
tidak lama kemudian bergetar hp hana, dengan cepat ia membaca pesan masuk tersebut.
" oh , iya tdk apa-apa hana, syafakallah ya untuk org tua nya... hasil syuro nya ana ambil jam 3 di masjid ya. syukron" pesan singkat yang dikirimkan anshor pada hana.

matahari mulai meredup sinarnya dan kini berganti senja, semilir angin mengibaskan jilbab lebar yang dikenakan hana memberikan angin kesejukkan bagi siapa saja yang melihatnya. Namun, seraut wajah murung terurai dari matanya. Hana berjalan dengan tatapan kosong hingga ia tak sadar bahwa ansori sedari tadi berjalan dibelakangnya. Anshori merasa tidak enak jika harus mendahului hana, walaupun begitu ia berusaha menjaga pandangan akan tetapi beberapa pertanyaan selalu muncul dalam benaknya " mengapa hana begitu murung???" 
pertanyaan demi pertanyaan muncul, namun anshori kembali sadar bahwa itu bukan urusannya, dan ia kembali beristighfar.

" hana..." panggil hawa yang sedari tadi memperhatikan anshori yang berjalan di belakang hana.
" iya hawa,, kamu sudah selesai kuliahnya, gmn tadi kuis nya lancar kan???" ucap hana dengan berusaha menyembunyikan kesedihannya,\.
" alhamdulillah, lancar pake banget deh.. hhe" sambut hawa dengan ceria 
"alhamdulillah, aku mau ke masjid dulu ya, mau ketemu anhor untuk memberikan file syuro nti sore.." hana berkata dengan lemas
" loh, knp ga td aja ngasihnya.. toh sedari tadi anshor berjalan di belakang mu" ucap hawa yang  sedari tadi penasaran
" oh, masa iya.. aku tidak tahu hawa, kalo aku tau kan aku bisa langsung memberikannya" hana berkata dengan menghembuskan nafasnya
" ya sudah, aku mau cepat pulang, aku ke masjid dulu yah..assalamu'alaikum.."

semelir angin sore itu menerbangkan hijab pemisah antara ruang sholat akhwat dan ikhwan. Masjid sore ini begitu ramai dengan aktivitas dakwah, ya yang biasa dikalangan mahasiswa dikenal dengan syuro/rapat/ meeting. 
Namun di pojok hijab, hana sedang menunggu anshori untuk memberikan sebuah catatan.

" assalamu'alaikum, afwan ada ansori" suara yang begitu lembut namun terasa begitu lemas.
"iya , ini ana anshori" jawab ansori dengan wajah heran.
" ini catatan yang anta butuhkan, ana izin pulang yah. syukron" tukas hana dengan tergesa- gesa segera meninggalkan anshori.
"jazakill..." tak sempat ansori berkata suara dari balik hijab telah menghilang.

sikap hana yang begitu aneh membuat ansori menyimpan beberapa pertanyaan. Hana yang ia kenal bersemangat, nampak bukan seperti hana yang biasanya. Anshori pun mengalihkan pikirannya dengan membaca hasil syuro, tak beberapa lama ia melihat ada serangkai tulisan lain berwarna merah dan ia pun tertarik untuk membacanya.

" Allah hanya kepadaMu aku memohon, tolong jangan berikan cobaan ini kepada pahlawan hamba. cukuplah hamba yang menggantikannya, ia terlihat begitu lemah. beragam permasalahan, aku bisa menghadapinya namun untuk hal ini, aku seperti bayi lemah"

anshori kembali mengerutkan dahi, menandakan rasa penasaran terhadap kondisi hana yang aneh.



TO BE CONTINUE

Selasa, 18 Juni 2013

Cara Mendiskusikan Nikah Pada Orang Tua

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang menyatukan hati-hati kita.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah pada Nabi kita Muhammad SAW, keluarga dan sahabat, serta seluruh kaum muslimin yang istiqomah menjalankan risalah islam hingga hari akhir nanti.
Banyak keluhan, curhat atau pertanyaan yang masuk pada saya seputar hal tersebut. Dari mulai pihak orangtua yang ‘shock’ dengan teror dari anaknya yang meminta menikah dengan bertubi-tubi, hingga larangan para ortu pada anaknya untuk menikah karena masalah ekonomi dan yang semacamnya.
Sepertinya banyak alasan para orangtua belum mengijinkan anaknya untuk menikah, bahkan sampai pada tahapan ada yang ‘sakit’ jika anaknya kembali membicarakan tentang pernikahan. Namun diantara sekian alasan itu, barangkali ada beberapa hal yang sering muncul di benak para orang tua tentang pernikahan putra-putrinya.
1. Merasa Pernikahan itu tidak perlu cepat-cepat, bisa nanti-nanti saja, apalagi bagi yang anaknya laki-laki.
2. Merasa sang anak belum mampu dan mandiri secara ekonomi.
3. Merasa khawatir dengan pasangan anaknya nanti, apakah sholeh atau tidak , dan sebagainya. Bahkan mungkin sebagian sudah ada yang menyiapkan jodoh bagi anaknya.
Nah, ada beberapa hal yang perlu dijalankan seorang akh/ukhti sebelum berproses menuju pernikahan. Semuanya dijalankan dengan penuh kesungguhan dan lemah-lembut. Jangan memaksakan ‘niat mulia’ ini dengan cara yang tidak mulia. Beberapa hal tersebut antara lain :


Pertama : Menunjukkan Prestasi dan Kemampuan Diri
Hendaknya para akhi/ukhti bisa menunjukkan pada kedua orangtuanya bahwa mereka ini telah ‘layak’ menikah. Bukan lagi anak kecil yang ingin dimanja, bukan lagi ‘sekedar’ mahasiswa biasa yang menanti-nanti gelar sarjana. Yakinkan orangtua dengan parade prestasi, maka insya Allah akan membukakan hati para orang tua untuk menyatakan : oo.. ternyata anak saya mampu.
Karenanya, berprestasilah terlebih dahulu dan tunjukkan pada orang tua agar mereka bisa tenang saat merestui anaknya berproses menuju pernikahan.
Ingat ungkapan salah satu putri Syuaib yang diabadikan dalam Al-Quran :
Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), Karena Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang Kuat lagi dapat dipercaya”. (Qoshos 26)
Nah, ketika para orangtua sudah cukup merasa tenang bahwa anaknya punya karakter “ Kuat dan Terpercaya” atau mempunya Performance dan Kredibilitas yang baik, maka insya Allah mereka akan menyetujui setiap usulan dari anaknya, termasuk usulan nikah. Jadi, buktikan dulu pada para orangtua bahwa Anda telah banyak mengukir berprestasi .

Kedua : Memberikan Penjelasan tentang Anjuran Menyegerakan Pernikahan
Terkadang orang-orang tua merasa tenang-tenang saja dengan isu pernikahan. Mereka belum sadar bahwa usia semakin menua dan saatnya untuk menimang cucu telah tiba. Karenanya berikan pemahaman bahwa urusan nikah adalah ibadah mulia yang juga mengikuti kaidah : “ Lebih Cepat Lebih Baik “, hal ini tentu senada dengan isyarat dalam sebuah hadits :
Dari Ali ra, Rasulullah SAW bersabda : “ Wahai Ali, tiga hal yang jangan engkau tunda-tunda (yaitu) : Sholat ketika telah datang waktunya, jenazah yang sudah siap (dimakamkan), dan bujangan yang sudah menemukan pasangannya (yg sekufu) “ (HR Tirmidzi dan Ahmad)

Ketiga : Curhat pada Orangtua tentang Kegelisahan Hati dan banyaknya Godaan di luar sana
Barangkali para orangtua belum sadar sepenuhnya bagaimana kondisi dunia luar yang bisa mengotori hati putra-putrinya. Di sana ada pemandangan syahwati yang bertaburan di jalanan dan sekolahan. Di sana ada satu dua pandangan dan sapaan yang melenakan. Di sana ada ucapan-ucapan indah yang mengotori niat dan hati. Belum lagi dengan iringan lagu-lagu romantis yang senantiasa memprovokasi.
Seorang akhi/ukhti hendaklah dengan jujur menyampaikan kegelisahan ini. Dan dari sanalah kemudian muncul keinginan untuk segera membentengi diri. Mengakhiri segala bentuk romantisme semua yang tiada henti. Sampaikan pada orangtua bahwa anaknya ini ingin menikah untuk menjaga diri dan juga kehormatan keluarga.
Barangkali hadits di bahwa ini bisa jadi bekal untuk berdiskusi :
Dari Abu Hurairah ra , Rasulullah SAW bersabda : “ Ada tiga orang yang wajib bagi Allah menolongnya : orang yang berjihad di jalan Allah, budak ‘Mukatib’ yang ingin membayar pembebasannya, dan seorang yang ingin menikah untuk menjaga dirinya “ (HR Tirmidzi)


Keempat : Meyakinkan tentang rizki dan tekad kuat untuk mandiri
Sungguh kurang layak mengajukan pernikah pada orangtua jika kantong ini belum terisi dari keringat kita sendiri. Memang ada satu dua kasus dimana orangtua ‘sholih’ sangat inisiatif dalam membantu pernikahan anaknya secara finansial. Barangkali ia terinspirasi dengan Nabi Syu’aib yang begitu kooperatif membantu pernikahan putrinya dengan nabi Musa as. Tapi saya yakin tidak banyak orang tua yang semacam itu.
Nah, jadilah kita harus ‘berjanji-janji’ bak politisi untuk mewujudkan kemandirian ekonomi. Sampaikan langkah-langkah Anda ke depan dalam memenuhi kebutuhan dasar sebuah pernikahan. Jika ada satu dua keluarga yang tulus membantu, terima dengan tangan terbuka tapi tidak dalam arti melenakan kita untuk mencari dengan keringat kita sendiri.
Jangan lupa mengingatkan konsep ekonomi ‘Ketuhanan’ yaitu pernikahan adalah salah satu pintu-pintu rizki di muka bumi ini. Betapa banyak yang menjadi kaya dan bersemangat dalam berusaha saat di rumah telah ada bidadari yang memotivasi. Yakinkan para orang tua dengan ayat monumental tentang pernikahan dan rizki
Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahu i. (QS An-Nuur 32)


Kelima : Menyampaikan bahwa Akhlak dan Agama adalah Prioritas Utama dalam mencari pasangan nantinya
Terakhir, meyakinkan bahwa ‘calon mantu’ nanti adalah sosok yang terpilih karena keshalihan dan agamanya. Bukan sekedar tampan dan cantik karena ini bukan audisi model dan artis, bukan pula sekedar kaya raya karena ini bukanlah membuat perusahaan komersial. Tapi yang dicari adalah dua kriteria utama : Akhlak dan Agamanya.
Perlu juga diingatkan pada para orangtua ini dua karakter ini sejak awal, jangan sampai mereka mengharapkan kriteria bermacam-macam yang barangkali justru tidak islami dan mempersulit anaknya dalam menemukan jodohnya. Cukuplah bagi para orangtua peringatan Rasulullah SAW dalam haditsnya :
Dari Abu Hatim ra, Rasulullah SAW bersabda : “ Jika telah datang (melamar) padamu seorang yang engkau ridhoi agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia (dg anakmu), jika engkau tidak melakukannya maka akan muncul fitnah di muka bumi ini dan kerusakan yang besar “ ( HR Tirmidzi dengan sanad yang baik)
Akhirnya, masih banyak tahapan yang harus akhi/ukhti jalankan sebelum memasuki sebuah proses pernikahan. Akan ada hambatan, bahkan mungkin tangisan, tapi yakinlah itu semua akan semakin mendewasakan dan mengokohkan hati untuk menghadapi lebih banyak lagi tantangan usai pernikahan.
Wallahu a’lam bisshowab. Semoga Allah SWT memberikan kita kekuatan untuk memahami apa yang kita kaji pagi ini, menjalankannya dengan sepenuh hati. Serta, -tentu saja- mendakwahkannya pada yang lain.
Wassalamu’alaikum wr wb.
Hatta Syamsuddin.Alumni Sudan, penulis dan dosen Mahad Abu Bakar UMS Surakarta. Trainer Motivasi Keislaman dan Keluarga Romantis. Lebih lengkapnya



Baca klik <a href='http://ayonikah.net/cara-mendiskusikan-nikah-pada-orang-tua.html'>http://ayonikah.net/cara-mendiskusikan-nikah-pada-orang-tua.html</a>

Senin, 17 Juni 2013

MANAJEMEN RUMAH TANGGA UNTUK AKHWAT

BIMBINGAN RASULULLAH DALAM KEHiDUPAN BERUMAH TANGGA
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam selaku uswatun hasanah (suri tauladan yang baik) yang patut dicontoh telah membimbing umatnya dalam hidup berumah tangga agar tercapai sebuah kehidupan rumah tangga yang sakinah mawaddah warohmah. Bimbingan tersebut baik secara lisan melalui sabda beliau shalallahu ‘alaihi wasallam maupun secara amaliah, yakni dengan perbuatan/contoh yang beliau shalallahu ‘alaihi wasallam lakukan. Diantaranya adalah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam senantiasa menghasung seorang suami dan isteri untuk saling ta’awun (tolong menolong, bahu membahu, bantu membantu) dan bekerja sama dalam bentuk saling menasehati dan saling mengingatkan dalam kebaikan dan ketakwaan, sebagaimana sabda beliau shalallahu ‘alaihi wasallam:
اسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ فَإِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ وَإِنَّ أَعْوَجَ شَيْءٍ فِي الضِّلَعِ أَعْلَاهُ فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ فَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ
“Nasehatilah isteri-isteri kalian dengan cara yang baik, karena sesungguhnya para wanita diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok dan yang paling bengkok dari tulang rusuk adalah bagian atasnya (paling atas), maka jika kalian (para suami) keras dalam meluruskannya (membimbingnya), pasti kalian akan mematahkannya. Dan jika kalian membiarkannya (yakni tidak membimbingnya), maka tetap akan bengkok. Nasehatilah isteri-isteri (para wanita) dengan cara yang baik.” (Muttafaqun ‘alaihi. Hadits shohih, dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)
Dalam hadits tersebut, kita melihat bagaimana Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam membimbing para suami untuk senantiasa mendidik dan menasehati isteri-isteri mereka dengan cara yang baik, lembut dan terus-menerus atau berkesinambungan dalam menasehatinya. Hal ini ditunjukkan dengan sabda beliau shalallahu ‘alaihi wasallam:
وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ
yakni “jika kalian para suami tidak menasehati mereka (para isteri), maka mereka tetap dalam keadaan bengkok,” artinya tetap dalam keadaan salah dan keliru. Karena memang wanita itu lemah dan kurang akal dan agamanya, serta mempunyai sifat kebengkokan karena diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok sebagaimana disebutkan dalam hadits tadi, sehingga senantiasa butuh terhadap nasehat.
Akan tetapi tidak menutup kemungkinan juga bahkan ini dianjurkan bagi seorang isteri untuk memberikan nasehat kepada suaminya dengan cara yang baik pula, karena nasehat sangat dibutuhkan bagi siapa saja. Dan bagi siapa saja yang mampu hendaklah dilakukan. Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya):
“Dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Al ‘Ashr: 3)
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ
“Agama itu nasehat.” (HR. Muslim no. 55)
Maka sebuah rumah tangga akan tetap kokoh dan akan meraih suatu kehidupan yang sakinah, insya Allah, dengan adanya sikap saling menasehati dalam kebaikan dan ketakwaan.

1. Manajemen Rumah
Seorang  akhwat muslimah layaklah memiliki kemampuan dasar rumah tangga. Kemampuan mengatur pernak-pernik rumah. Dari mulai menyalakan kompor,  memasak, mengatur interior rumah hingga inventori rumah tangga. Ini  adalah skill dasar yang harus dimiliki. Tidaklah dituntut untuk perfect  melakukan segalanya, tetapi minimal mengetahui dasar-dasarnya sehingga  rumah dapat nyaman dihuni, karena kebutuhan akan kenyamanan rumah  menjadi suatu kebutuhan yang mutlak bagi setiap anggota keluarga.  Seorang suami yang lelah sepulang kerja tentu akan bertambah stress  apabila mendapati kondisi rumah yang berantakan, lantai yang belum  dipel, hidangan yang belum tersedia serta cucian yang menumpuk belum  dicuci. Sedikit percikan saja suami akan uring-uringan dan keluarga  yang sakinah mawaddah warahmah hanya tinggal slogan belaka.
Untuk  itu walaupun tidak mutlak semua pekerjaan rumah dilakukan oleh istri,  tetaplah hal ini diperhatikan. Soal siapa yang akan mengerjakan ini dan  mengerjakan itu bisa dikompromikan dengan seluruh keluarga, namun  manajemen rumah tetap ditangan ibu rumah tangga.
Untuk itulah  tarbiyah akhwat selayaknya menyentuh permasalahan ini, karena tidak semua keluarga muslim mampu untuk mempekerjakan khadimat, sehingga  terkadang semua pekerjaan harus dikerjakan sendiri. Bila skill ini  tidak dilatih sejak dini, maka akan menyulitkan akhwat dalam perjalanan  rumah tangga mereka kelak

 2. Manajemen Keuangan
Dalam  banyak rumah tangga seorang istri berperan sebagai Menteri Keuangan.  Seorang suami akan menyerahkan semua nafkahnya—sedikit apapun  jumlahnya—kepada istri. Ini merupakan kewajiban suami walaupun sang  istri juga bekerja dengan pendapatan yang lebih besar. Untuk itu  pengaturan keuangan keluarga menjadi tanggung jawab istri, sehingga  penting bagi setiap akhwat untuk memiliki kemampuan dasar pengaturan  keuangan keluarga. Mudah saja, berapa disisihkan untuk ini, itu dan  sisanya—bila ada—ditabung untuk masa depan. Hindari berhutang, walaupun  hal ini tidak dilarang, tetapi bisa mengundang fitnah apalagi apabila  tidak bisa melunasinya tepat waktu.
 Namun kunci utama dalam  manajemen keuangan bukanlah terletak pada skill atau ketepatan prediksi  pengeluaran, akan tetapi yang dibutuhkan adalah kedewasaan dalam  menerima nafkah dari suami baik nafkah besar ataupun kecil.
Dewasa  dalam menerima nafkah yang sedikit adalah kesabaran dalam menahan  keinginan dan impian. Akhwat adalah seorang wanita juga, yang tidak  banyak berbeda dengan wanita lainnya. Kecenderungan akan perhiasan dan  kemewahan dunia lekat pada jiwanya. Namun bagi keluarga muslim, sebisa  mungkin hal ini ditekan karena rumah tangga islami bukan bersandar keduniawian, tetapi lebih penting kepada berkah dan qona’ah atas harta  tersebut.
Miris mendengar beberapa kasus yang menimpa para ikhwan.  Pada saat mereka mencoba untuk menjalin bahtera rumah tangga dengan  seorang akhwat muslimah. Dengan proses yang bersih, jauh dari ikhtilat  jahiliyyah, namun kemudian ditolak mentah-mentah, baik dari pihak keluarga ( baik dari keluarga ikhwan maupun keluarga akhwat ) maupun  dari akhwat itu sendiri. Hanya karena pendapatan bulanan mereka yang  tidak memenuhi kriteria, walaupun seorang wanita juga memiliki  kebebasan untuk memilih jodohnya, namun janganlah hanya karena harta  dunia cita-cita menjalin rumah tangga Islami terkandaskan.  Teringat  dengan sabda Rasulullah SAW: “Bila datang seorang laki-laki yang engkau  ridhoi agamanya, untuk meminang putrimu maka terimalah” disini  Rasulullah SAW hanya menyebut kriteria agama, bukan harta atau  pangkatnya.

 3. Kedewasaan Mental
Menikah adalah  satu langkah menuju tegaknya Khilafah Islamiyah, maka persiapan mental didalamnya laksana persiapan membangun khilafah itu sendiri.
Dewasa  dalam menerima segala kelebihan dan kekurangan pasangannya. Untuk itu sebaiknya para akhwat tidak mematok kriteria tinggi dalam mendapati  jodohnya, karena pada akhirnya apabila seseorang dengan kriteria  seperti itu belum juga didapatkan, maka yang ada adalah  kompromi-kompromi, mencoreti beberapa kriteria, yang pada akhirnya  kelanjutan rumah tangganya akan menimbulkan kekecewaan terhadap  pasangannya tersebut, karena tidak sesuai dengan impian. Juga dewasa  dalam menghadapi pernak-pernik hidup berumah tangga, karena menjalin rumah tangga bukan hanya menjalin hubungan antara suami dengan istri,  tetapi juga hubungan antar keluarga, orang tua, mertua hingga tetangga.  Banyak fitnah yang terjadi saat hubungan ini tidak harmonis. Konflik  istri dengan mertua, tetangga dan lain sebagainya akan menyulitkan  menuju keluarga sakinah karena selalu beradu dengan konflik yang tidak  perlu.
Dewasa pula dalam menghadapi kehidupan. Membagi antara  aktifitas rumah tangga, da’wah dan aktifitas lain, karena Islam tidak  mengebiri aktifitas wanita. Semua potensi wanita layaknya dikembangkan  dalam bingkai Islam sehingga menambah dinamika dan keberkahan rumah  tangga tersebut.
Dan terpenting adalah dewasa dalam menghadapi  perubahan, karena antara kehidupan lajang dengan berkeluarga adalah dua  alam yang berbeda. Saat lajang begitu mudahnya seseorang menjalani  aktifitas yang diingini tanpa beban, namun saat berkeluarga akan  terdapat berbagai batasan-batasan di satu sisi dan dukungan-dukungan  disisi lain. Perubahan ini bisa jadi sangat drastis, bisa merubah  segala rencana dan impian yang telah ada.
Seperti contoh: ada akhwat  dari keluarga berkecukupan menikah dengan ikhwan yang sederhana. Segala  fasilitas yang dahulu didapatnya kemudian sirna begitu saja. Bila tidak  dewasa dalam memandang permasalahan ini, maka bahtera rumahtangga  tersebut bisa berantakan. Istri yang menuntut macam-macam sementara  sang suami tidak mampu berbuat apa-apa.
Kita layaknya meneladani  sikap istri Umar bin Abdul Aziz, putri khalifah yang bergelimang  kekayaan dan bertabur perhiasan. Namun ketika sang suami menjadi  khalifah menggantikan ayahandanya, segalanya berubah. Semua perhiasan  dan harta miliknya diserahkan ke Baitul Maal, bahkan hingga Umar wafat  beliau memilih hidup dalam kemiskinan walaupun telah ditawarkan untuk  mengambil kembali harta yang telah disedekahkannya.
Demikianlah,  bahwa begitu banyak potensi wanita, begitu banyak peran yang bisa  diambilnya. Namun tetaplah Islam mengatur peran wanita pada porsinya.  Tidak mengebiri, tidak pula dibiarkan sebebas-bebasnya. Sehingga  kemudian kita dapat menyaksikan sebuah peradaban yang dibangun oleh  insan-insan bertaqwa, dibangun oleh keluarga-keluarga yang Sakinah  Mawaddah Warahmah, dibangun oleh masyarakat yang adil dan terbina  sehingga mewujudkan suatu kesejahteraan, teratur dalam bingkai syari’ah  Allah, berjalan beriringan menggapai ridho ilahi.

SELAIN ITU PERLU JUGA KITA MENJAGA 5 PILAR INI…

1 .Pertama,
”Kalamuna lafdzun mufidun kastaqim” yang artinya bahwa perlu adanya komunikasi dengan menggunakan redaksi yang baik dan patut secara kontinyu.

Sebab sejatinya dalam membina rumah tangga pasangan suami istri tidak lepas dari masalah yang selalu menggelinding dalam kehidupannya,oleh karena itu komunikasi memiliki peran penting dalam memecahkan dan menyelesaikan sebuah masalah.
Kita melihat dalam potret kehidupan sehari-hari banyak dijumpai pasangan suami istri yang terjebak dalam konflik berkepanjangan,hanya karena sebab yang sepele dan remeh.Mereka tidak mampu mengungkapkan keinginan dan perasaan secara lancar kepada pasangannya,yang berdampak muncul salah paham dan memicu emosi serta kemarahan pasangan.Ini menunjukkan adanya komunikasi yang tidak lancar alias gagal,sehingga berpotensi merusak suasan hubungan antara suami dengan istri.Sekali lagi,disinilah pentingnya komunikasi yang aktif antara suami dan istri dalam menjalin hubungan dalam rumah tangga.Agar komunikasi antara suami dan istri bisa efektif,ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh kedua belah pihak antara lain:

1.Mengetahui ragam komunikasi,dari berbicara,menulis,hingga menyampaikan pesan berbagai media.
2.Bersikap empati,memposisikan diri anda pada situasi perasaan dan pikiran yang sedang dialami pasangan.
3.Fleksibel,komunikasi kadang memerlukan suasana dan gaya serius,namun ada kalanya lebih efektif menggunakan suasana dan gaya santai.
4.Memahami bahasa non verbal,kadang ekspresi wajah dan bahasa tubuh pasangan anda sudah mengisyaratkan sesuatu pesan.
5.Jadilah pendengar yang baik,jangan mengusai komunikasi dengan terlalu banyak bicara dan tidak mendengar.
6.Egaliter,hilangkan sekat pembatas antara anda dengan pasangan yang menghalangi kehangatan komunikasi.
7.Hindarkan kalimat dan gaya yang menyakiti hati pasangan yang menghalangi kehangatan komunikasi.
8.Sampaikan pesan dengan lembut dan bijak,jangan berlaku kasar dalam komunikasi.
9.Gunakan bahasa dan media yang tepat,sesuai dengan situasi dan kondisi saat melakukan komunikasi.
10.Pilih waktu,suasana dan tempat yang tepat untuk mendukung kelancaran berkomunikasi.


2 .Kedua,”Farfa’ bidhammin” yang artinya mari galang kebersamaan,
yaitu dalam hubungan rumah tangga diperlukan adanya menjalin kebersamaan dalam keluarga.Kebersamaan dalam hal ini tidak sekedar kehadiran fisik belaka,namun adanya keterlibatan emosi pada seluruh anggotanya.Kebersamaan yang terjalin dengan kualitas yang bagus,tidak akan berpengaruh oleh kuantitas waktunya,dalam arti yang lebih luas kebersamaan dapat diartikan sebagai kekompakan.Karena suami dan istri adalah dua insan yang berbeda karakter,sehingga diperlukan suatu kekompakan dan kebersamaan dalam meraih sebuah keluarga yang sakinah mawaddah warahmah.Ada banyak sarana yang bisa kita mamfaatkan untuk membina kebersamaan dalam keluarga antara lain:Bercanda bersama,bermain bersama,belajar bersama,makan bersama dan sebagainya.Dengan demikian kebersamaan dalam keluarga akan memotivasi keterbukaan dalam keluarga.

3.Ketiga,”Wansiban fathan”,Yaitu adanya transparansi dalam hubungan suami dan istri.

Artinya diperlukan manajemen yang transparan dalam suatu rumah tangga,sehingga dapat menyehatkan dan juga dapat memberikan dampak positif dalam menjaga stabilitas rumah tangga terhadap bentuk-bentuk virus penyakit dalam rumah tangga,seperti rasa curiga,perselingkuhan,rasa tidak dihargai dan tidak bisa berbagi.

4.Keempat,”Wajur kasran”,yang artinya hindari perpecahan.

Maksudnya pasangan suami istri harus mampu mengelolah komflik keluarga.Karena keluarga sakinah bukan berarti keluarga tanpa masalah,tapi lebih kepada adanya keterampilan untuk mengelolah konflik yang terjadi didalamnya.Secara garis besar,ada tiga jenis manajemen konflik dalam rumah tangga,yaitu mencegah terjadinya konflik,mengelolah konflik bila terlanjur berlangsung,dan membangun kembali perdamaian setelah konflik redah.

5.Kelima,”Kadzikrullahi abdahu yasur”,yaitu dengan berdzikir kepada Allah,

maka seorang hamba akan jadi bahagia.Pada pilar pamungkas ini yaitu berdoa kepada Allah,dengan memohon pertolonganNya agar keluarga yang kita bangun menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warahmah.Karena doa adalah otak dan sarinya ibadah,yang mengandung arti mengakui atas kelemahan diri dan meyakinkan atas kekuatan dan kekuasaan AllahSWT. Sebab hanya dengan ridha Allah semuanya bisa terwujud,termasuk membangun keluarga sakinah.Dari diskripsi ini dapat kita tarik benang merahnya,bahwa untuk menggapai keluarga sakianah dibutuhkan pilar-pilar yang kokoh yaitu:adanya komunikasi yang baik,menjalin kebersamaan,transparansi,hindari perpecahan,dan banyak berdoa.Insyaallah dengan yakin,dengan lima pilar ini kita dapat menggapai bahtera keluarga bahagia,yang berlabu didermaga keluarga sakinah mwaddah warahmah.Wallahu a’lam bisshowab. (Buhadi Den Anom
Kepala KUA Kec.Sumbermalang Kab.Situbondo)



Minggu, 02 Juni 2013

MOTOR PERUBAHAN INDONESIA ADALAH MAHASISWA

Kali ini saya mencoba untuk memberikan tulisan mengenai gerakan mahasiswa yang semakin lama semakin kehilangan jati dirinya, atau istilah kerennya adalah degradasi pergerakan mahasiswa. Saya bukan seseorang yang aktif di dunia pergerakan, karena jujur saya lebih nyaman di syiar atau pelayanan dan kaderisasi. Namun sepertinya kondisi saat ini menggugah saya untuk mencoba membuka dan mengingatkan kembali apa peran kita sebagai pemuda, bagaimana caranya, siapa saja yang terlibat,dan mengapa harus kita..

Sadar atau tidak sadar, kondisi indonesia saat ini memasuki tahap kritis,

1. ketidakpastian hukum yang semakin meraja lela, hingga kebenaran pun menjadi sebuah fatamorgana, tidak terlihat mana yang benar dan mana yang salah. Bahkan kebenaran bisa diputarbalikkan menjadi sebuah kesalahan dengan sangat mudah. lalu hukum yang dibuat untuk melindungi rakyat, kini beralih fungsi.

2. Praktik Politik membumi hanguskan, ini sudah terlihat dari awal 2013, hal ini terkait semakin dekatnya pemilu 2014. banyak para parpol yang menggunakan berbagai cara untuk lolos dan bisa masuk parlemen, terkadang membumi hanguskan sebuah partai yang memiliki peluang besar merupakan salah satu caranya , hal ini bisa di setting dengan cara membuat opini negatif publik terhadap beberapa parpol untuk menghancurkan kepercayaan masyarakat.Indonesia memiliki jumlah penduduk muslim terbanyak , namun mengapa justru parpol dengan basis islam hanya memperoleh sedikit suara, akan tetapi yang jelas jelas parpol yg mnegagungkan sekular , liberalisme itu memperoleh dukungan suara yang besar. Padahal jika kita analisa, saat diparlemen siapakah yang nanti akan melindungi dan memperjuangkan nilai-nilai islam, apakah sudah pasti perwakilan dari parpol yg membawa bendera sekular itu akan memperjuangkan hak kita sebagai muslim?
mungkin banyak yang berpikir, toh parpol yg berbasis islam ternyata jauh, dan sama saja. yah, inilah perang pemikiran dimana semua yang putih di putarbalikkan menjadi hitam, sungguh sangat mudah. 

3. Perekonomian indonesia yang mengalami kebangkrutan
ini sudah jelas terlihat Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan bahwa Indonesia mencatat inflasi 1.03 persen pada januari 2013 naik 0.76 persen pada pediode \yang sama tahun lalu. semua kebutuhan pokok mengalami linjakan serta seluruh SDA di Indonesia dikuasai oleh pihak asing selama ratusan tahun. jika sudah seperti ini bagaimana indonesia bisa melakukan sebuah perubahan besar, di negara sendiri pun kita tidak bisa menikmati hasil bumi.

ditengah kondisi tersebut dimanakah peran mahasiswa??? masihkah ingin berdiam diri dan asyik dengan hedonisme dan apatisme. memang tugas mahasiswa ialah menjunjung tinggi pendidikan akan tetapi janganlah lupa tentang tri dharma perguruan tinggo, PENDIDIKAN,PENILITIAN DAN PENGEMBANGAN, SERTA PENGABDIAN TERHADAP MASYARAKAT. 


Dari sini kita bisa melihat seberapa penting peran kita, sebagai pemuda pengemban perubahan, Indonesia butuh pemuda intelek yang mampu menyelesaikan permasalahan ibu pertiwi. kita sebagai motor pergerakan, masih ingatkah era reformasi dulu, bagaimana para pemuda nya bisa membuka pintu perubahan. 
ya, inilah yang harus selalu kita ingat bahwa masyarakat memberikan sebuah harapan kepada pundak-pundak kita , harapan akan hak-hak mereka, harapan akan ibu pertiwi. 

Sekarang yang harus kita lakukan adalah membuang jauh2 sikap apatisme, cobalah untuk peduli dengan kondisi masyarakat sekitar, dengan kondisi lingkungan, dan kondisi negara. setelah apatisme melebur dan berubah menjadi sebuah kepedulian terhadap bangsa, maka selanjutnya DO ACTION, masuk lah dan terlibatlah dalam organisasi kampus seperti BEM, KAMMI, DPM, HIMPUNAN MAHASISWA DLL dengan ranah yang sesuai dengan minat dan bakat kita, buat prestasi didalamnya , dan cetaklah generasi pemuda madani sebagai penerus estapet perjuangan. Inilah langkah awal kita, sebelum kita dihadapkan kepada kondisi yang real di masyarakat.



JANGAN JADI GENERASI YANG APATIS TAPI JADILAH GENERASI PRESTATIS DALAM MELAKUKAN PERUBAHAN INDONESIA..