Jumat, 24 Oktober 2014

Laiqa Writing Competition


 Hijab Syar’i Gerakan Perubahan

“kamu ikutan aliran apa sih?”. Gubrak !!! Ya kata-kata itu menjadi pertanyaan  teman SMA-ku  saat  pertama kali bertemu denganku setelah beberapa bulan tak berjumpa karena kita sudah menjajaki dunia  kampus yang berbeda. Aku yang dilempari pertanyaan seperti itu hanya bisa tersenyum dan menjelaskan semampuku bahwa aku tidak mengikuti  ’aliran’ apapun, ini adalah proses perbaikan diri. Sebelum bertemu dengan teman-teman lamaku  aku sudah mengira bakal ada banyak pertanyaan yang berbaris mereka ajukan kepadaku, namun aku sudah mempersiapkan diri untuk bisa menjelaskan kepada mereka. Pantaslah mereka bertanya-tanya dengan penampilanku yang sekarang ini, bagaimana tidak,  mereka yang dulu biasa melihatku menggunakan jeans ketat, baju yang memperlihatkan bentuk tubuh dan cara pakai hijab yang ikut-ikutan seperti hijabers, sekarang berubah drastis dengan memakai gamis longgar dan  kerudung besar. Aku menganggap semua pertanyaan itu adalah sebuah bentuk perhatian  seorang sahabat yang melihat sebuah perubahan yang terjadi pada sahabatnya, dan tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk denganku. Dalam hati aku berkata tenanglah sahabatku aku nyaman dengan penampilanku sekarang, lebih sederhana dan apa adanya.
Perubahan yang aku alami ini bukan seperti memasak mie instan yang langsung jadi, ya walaupun tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama  untuk transformasi penampilan. ini bermula saat aku mengunjungi  Islamic Book Fair yang diselenggarakan di Istora Senayan tahun 2013 lalu. Entah apa yang aku rasakan saat itu, suasana yang membuat hati ini menggebu-gebu untuk bisa lebih mempelajari agama islam dengan baik, berkumpul dengan orang-orang yang senantiasa berlomba-lomba menuntut ilmu syar’i, kerumunan akhwat yang memakai kerudung besar, membuat hati ini terpacu untuk bisa memperbaiki diri jadi seorang muslimah yang selalu berada di jalan Surga. Kala itu aku  membeli beberapa buku dan satu helai gamis, dengan niatan ini adalah modal awalku untuk bertransformasi menjadi seorang akhwat yang lebih baik lagi.
Aku mulai menyempatkan diri untuk membaca buku yang aku beli disela-sela kesibukan kuliahku. Pada dasarnya aku sangat tidak suka membaca, terkecuali buku-buku pelajaran yang memang wajib aku baca. Alhasil untuk membaca satu buku saja yang halamannya tidak terlalu banyak aku bisa menyelesaikannya dalam waktu seminggu bahkan lebih.Namun, aku teringat dengan sebuah nasihat bahwa jika kita tidak sanggup untuk melawan rasa malasnya untuk belajar maka kita harus sanggup untuk menerima perihnya karena  kebodohan.  Dari situ aku mulai mencicil untuk mengaplikasikan apa yang telah aku baca dalam kehidupanku sehari-hari. Perubahan yang terjadi dalam aspek spiritualku juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan kampus yang menerapkan budaya islami dalam setiap aktivitasnya. Awal aku masuk kampus, aku merasa aneh melihat kaka tingkat dan sebagian teman seangkatanku menggunakan gamis dan jilbab besar, namun setelah mengikuti mentoring perlahan aku mengetahui alasanya kenapa mereka berpakain seperti, budaya kampus yang menerapkan keramahan dan saling menyapa saat bertemu dengan gaya khas jabat tangan sambil cipika-cipiki itu pun yang membuatku kaget karena sebelumnya aku tak pernah melakukan hal itu, dulu mungkin cukup dengan senyum, namun sekarang bertemu sambil berjabat tangan lebih afdol, terlebih lagi karena saat kita berjabat tangan dengan 1 orang maka gugur 1 dosa kita. Wah, kebayang kan kalau setiap bertemu dengan teman wanita kita berjabat tangan, dan berapa banyak teman yang kita jumpai saat berada dikampus, Subhanallah!  Aku baru mengetahuinya sekarang.
Buku ‘to be a true Muslimah’ adalah salah satu jalan untukku menjadi wanita yang sesungguhnya sesuai dengan perintah-Nya. Saat itu, pementorku mengajak aku dan teman yang lainnya untuk sama-sma membahas isi buku itu, hanya beberapa point saja yang baru pementorku jelaskan dari isi buku tersebut namun aku sudah tertarik sekali untuk membacanya. Ya, aku pinjam buku itu untuk beberapa hari kepada pementorku, subhanallah, dari buku itu aku banyak mengetahui apa yang sebelumnya buta dalam pikiranku, menjawab pertanyaanku diawal aku melihat  cara berpakaian akhwat dikampusku dan banyak memberiku inspirasi bagaimana harusnya bersikap dan berpenampilan,
Perlahan aku memberanikan diri untuk menggunakan pakaian syar’i, dimulai dengan menggunakan jilbab yang menutupi dada namun saat itu aku masih menggunakan jeans karena kebetulan belum banyak koleksi rok atau gamis yang aku punya. Perlahan aku mengganti seluruh jeans yang sering aku pakai dengan rok dan sesekali aku kenakan gamis untuk pergi ke kampus, dan perubahan terakhir yang aku lakukan adalah mengenakan jilbab syar’i yang menutupi dada, lebar , dan tidak terawang. Apa yang aku lakukan ini tidak terhindar dari komentar dan pertanyaan dari teman kampusku yang pertama kali melihat perubahan ini. Tapi alhamdulillah, banyak teman akhwatku yang sangat senang dan mendukung perubahan ini, mereka selalu menyanjungku dengan kalimat “subhanallah, jadi lebih cantik”. Alhamdulillah, ternyata dengan berjilbab syar’i seperti ini, aku lebih disenangi dan sekaligus mematahkan bahwa berhijab syar’i itu kuno dan terlihat tu, namun yang aku rasakan sangat berbeda.
Semenjak aku berubah, banyak sekali perubahan yang aku rasakan, bukan hanya perubahan yang membuatku menjadi lebih baik, tapi juga perubahan yang membuat suatu keadaan yang tidak aku senangi. Semenjak aku berhijab syar’i aku merasa ada beberapa orang temanku yang merasa segan dan agak mulai membatasi denganku. Entah karena penampilan dan sikapku yang lebih menjaga, atau karena mereka tida suka dengan perubahanku ini. Namun itu hanya segelintir dampak kurang baik yang aku terima dibanding limpahan karunia yang Allah berikan setelah aku berpakaian syar’i.
Bukan saja dari teman-teman kampusku yang menunjukan reaksi atas perubahan ini, namun saudara-saudaraku  terutama orang tuaku pun  merasa heran bahkan mereka cenderung khawatir dengan perubahan dan penampilanku ini.Mereka tak pernah bertanya kepadaku mengapa bisa aku berubah seperti ini, namun sikap mereka kepadaku menunjukkan betapa khawatirnya mereka jika aku mengikuti kegiatan-kegiatan yang aneh seperti banyak yang kita tahu, kegiatan berbasis islam namun malah banyak hal-hal yang salah didalamnya atau singkatnya aliran sesat.
 Sebenarnya ayah tidak terlalu suka dengan cara berpakaianku yang seperti ini,  menurut beliau pakaian seperti ini terlalu berlebihan tapi ia  tak pernah melarangku seperti ini, mungkin setelah waktu berjalan ia memahami kenapa aku melakukan ini. Namun layaknya kebanyakan orangtua  diluar sana terutama ibuku menjadi lebih protektif diawal perubahanku ia sering bertanya tentang kegiatanku dikampus, sering menyuruhku pulang seminggu sekali ke rumah, bahkan beberapa kali aku dijemput agar aku pulang, padahal waktu perjalanan rumahku dan tempat kos sekitar 2-3 jam, tapi ibuku rela menjemputku agar saat libur kuliah aku tidak mengikuti kegiatan-kegiatan  kampus, karena ibuku tidak mengizinkan aku mengikuti kegiatan organisasi apapun. Sempat aku membantah dan tetap bersikeras untuk mengikuti organisasi keagamaan di kampus tapi malah membuat aku dan ibuku sedikit cekcok. Aku merasa saat itu tak ada yang mendukungku malah cenderung mereka tak percaya dengan kesungguhanku untuk berubah menjadi yang lebih baik lagi, orangtuaku takut kalau nanti keistiqomahanku ini tiba-tiba pudar atau takut  jika aku melakukan kesalahan dan orang lain akan menilaiku sebagai orang yang munafik karena penampilanku yang sudah syar’i tapi perilakuku belum mencerminkannya.

Ya, aku hanya berusaha memahami kekhawatiran orang tuaku  dan berusaha menjadi anak yang patuh kepada  kedua orang tuanya, aku pun mengikuti nasihat dan keinginan orang tuaku untuk tidak mengikuti organisasi keagamaan dikampus, dengan tidak  melarangku untuk berpakaian syar’i. Dalam hati aku berkata aku hanya ingin berubah menjadi lebih baik, tapi mengapa orang terdekatku malah menyepelekanku dan tidak percaya dengan kesungguhanku????? Mengapa?? Ya hanya kata mengapa itulah yang selalu aku tanyakan disetiap perbincanganku dengan Allah lewat doa. Aku hanya ingin memperbaiki diri mulai dari cara berpakaian, mungkin sebagian orang ada yang berpendapat bahwa berhijab itu  dari hati aja lebih dulu, kan katanya percuma kalau hijab syar’i tapi kelakuanya amburadul. Tapi menurutku, hijab ini melindungi, membatasi antara yang baik dan yang tidak, menjaga wanita muslimah sepenuhnya, antara hijab dan perilaku itu berbeda, hijab itu kewajiabn dan perilaku itu akhlak yang tiap orang berbeda-beda. Hijab lebih membuatku terjaga dari perilaku yang kurang baik, meskipun tak selamanya yang mengenakan hijab itu baik, tapi yang baik pasti berhijab.Contoh nyatanya  saja,  dengan hijab syar’i aku kenakan membuat teman lawan jenisku segan dan dan lebih menghormatiku, ini menjadi sebuah indikator bahwa hijab syar’i menjadi sebuah pakaian taqwa sekaligus pakaian kehormatan bagi setiap wanita muslimah.
Hijab syar’i ini lebih membuat aku merasa sederhana dan berpenampilan apa adanya, berbeda sekali dengan sebelumnya. Aku ingin selalu tampil berbeda dengan gaya hijab yang di model-modelkan bak hijabers. Namun sekarang, aku sadar bahwa hakikat berhijab adalah menutupi kecantikan kita bukan malah untuk menjadi pusat perhatian karena berpenampilan yang mengundang perhatian, walaupun dengan berpakaian syar’i mungkin banyak orang yang memperhatikan kita karena tidak biasanya tapi setidaknya kita tidak mengundang mata lawan jenis kita karena tidak menggunakan pakaian yang memperlihatkan bentuk tubuh kita. Dengan berpakaian syar’i kita akan lebih terlihat cantik, meskipun bukan itu tujuan kita, bukan untuk lebih mempercantik diri kita, namun itulah alamiahnya, wanita yang melindungi dirinya dengan hijab syar’i akan lebih terlihat cantik da anggun.
Aku sangat bersyukur karena Allah telah menurunkan secercah hidayahnya kepadaku, manusia yang bergelimang dosa dan menempatkanku disekeliling orang-orang yang mencintaNya. Semoga ceritaku ini dapat menginspirasi saudari muslimah yang lain. Dan semoga kita semua diberi keistoqamahan oleh Allah SWT, aamiin


By : ukhti Evi . Tanah baru. Pemenang Laiqa writing competition (

AL-muzzamil, wahai orang yang berselimut…


          Malam menghiasi bumi dengan kegelapan, jiwa jiwa yang hidup terlelap dalam peraduan. Ingin sedikit mengingatkan tentang orang orang yang berselimut. Mengapa malam? Mengapa berselimut yang akan didiskusikan? Jawabannya simple, tapi penjelasannya panjang. Malam bagi sebagaian orang adalah waktu untuk berhenti dari segala aktivitas dunia dan waktu untuk mengistirahatkan raga. Benar sekali, itu adalah jawaban yang masuk akal setelah 8 jam kita habiskan untuk bekerja maka malam lah yang ditunggu oleh tubuh kita untuk beristirahat. Namun, tahukah ternyata pada waktu malam itu sebenarnya adlah waktu paling special. Mengapa dikatakan special? Karena pada waktu sepertiga malam terakhir Allah mendengar doa hambanya yang menghidupkan malam. Nah, lalu apa hubungan malam dan orang yang berselimut ? malam identik dengan tidur, sunyinya suasana serta dingin nya malam beserta hembusan angin yang menambah kenikmatan tidur. 
           Orang yang berselimut yang dimaksud adalah orang yang tidur. Kedua nya memiliki keterikatan dalam surat al muzzamil. Dalam surat ini Allah memanggil semua manusia yang sedang  berada dalam peraduannya untuk bangkit bertemu denganNYA, bisa kita lihat di ayat pertama “ wahai orang-orang yang berselimut” Allah jelas memanggil, pada saat turunnya ayat ini Allah memanggil langsung baginda Rasulullah SAW untuk bangkit dari selimut yang ia kenakan. Allah secara eksklusif berkata kepada manusia untuk bangun dan bermunajat lah pada waktu sepertiga malam. Akan tetapi, masih banyak saat ini umat setelah rasulullah wafat meninggalkan malam special bermunajat dengan Allah. setan setan menutupi mata untuk melihat, kaki untuk malas mengambil wudhu, dan hati untuk menolak bangun. Al-Muzzamil sebuah pesan dari Rabbunna, sebagai tanda cinta Nya kepada kita karena dalam sepertiga malam terakhir adalah waktu terbaik untuk tubuh kita dan mampu menjernihkaan akal di tengah kejenuhan duniawi. Sebuah refleksi dan pengingat diri, bahwa  dalam sepertiga malam terakhir adalah waktu untuk bermunajat dengan sepenuh hati. Dalam kesepian setelah aktivitas dunia yang melelahkan maka Allah memanggil kita di sepertiga malam terakhir untuk menghimpun tenaga, karena ternyata ada kebaikan luarbiasa yang dimiliki oleh sepertiga malam terakhir. Wahai orang yang berselimut penuhilah hak mu untuk bertemu RabbMu…
By: Bunga Kesabaran