Sabtu, 29 Desember 2012



ketika hidayah itu datang

Mentari bersinar menampakan cahaya kemilau disertai embun hangat, hari ini adalah hari pertama aku masuk SMA.  Masa remaja ku berawal disini, kata beberapa orang yang telah merasakan masa SMA mereka bilang “masa remaja adalah masa yang paling indah”, ini hanya sebuah ungkapan  aku tidaklah begitu memikirkan masalah tersebut yang aku pikirkan saat ini aku sekarang siswi SMA dunia baru ku akan kah sama seperti dunia SMP ku yang seperti pelangi? Perkenalkan nama ku Aisyah Nur Hafidzah, menurut ibu  nama ku itu berarti adalah “ Pemelihara Cahaya Kebaikan”, orang tua ku berharap aku akan menjadi seorang perempuan yang mampu memberikan cahaya kebaikan kepada siapapun tidak membedakan kasta, dan derajat layaknya Aisyah Ra. yang selalu mencintai umatnya. Seni merupakan salah satu hobi yang mengalir pada darah ku, seni tari modern, dan seni rupa. Waktu aku SMP aku pernah mengikuti cheer leader dalam acara pensi sekolah, seru sekali rasanya disana aku bisa belajar makna sebuah tim, kekompakan, dan persahabatan dan saat memasuki masa SMA nilai seni rupa ku selalu mencapai 80 lebih.
“ Teng..Teng..Teng..” Bel tanda masuk berbunyi membangunkan ku dalam lamunan. Seluruh siswa dan siswi baru dikumpulkan, aku yang diantarkan ayah segera berpamitan untuk menuju lapangan
“ Ayah aku berangkat dulu yahh..assalamu’alaikum”
“ Iya nak, hati-hati ya jangan lupa taburkan senyum mu kepada teman baru mu”
“Baik ayah…”
Suasana baru itu yang aku rasakan saat sampai di lapangan. Banyak wajah-wajah baru yang asing, dengan perlahan langkah kaki ini  berjalan sambil mencari 2 orang sahabat ku. Ketika SMP Aku memiliki 2 orang sahabat dan hingga saat ini mereka sudah 3 tahun menemani ku melukis pelangi bersama. Mereka adalah Annisa dan khanza. Dalam barisan sambil membawa tas ransel seperti tentara, aku selalu melihat sekeliling mencari mereka.
“ Door…hayo..nyari siapa” khanza yang hiperaktif menepuk pundak ku.
“ Astagfirullah, ngagetiiin ih..kalian kemana aja ?” jawab ku
“ Biasa ni, Lagi keliling liat-liat sekolah baru kita..” nisa pun sambil menunjuk beberapa tempat yang mereka singgahi.
 “ Eh ..dengerin tuh kepala sekolah ngomong..kita kan siswa yang baik..” aku menjawab sambil memamerkan baju seragam SMA baru.
“ Siswa baik?? Pas SMP aja lo jail banget!!” ketus khanza
" Oke,, sedikit menghibur w kan boleh lah, siapa tau doa tuh" jawab ku dengan memelas. 
Satu minggu sudah  masa transisi alias MOS di sekolah ku berlangsung dan akhirnya selesai dengan menyenangkan, ku pikir akan banyak kejadian mengerikan saat MOS berlangsung, yah maklum pemikiran anak SMP tentang anak SMA saat itu sangat buruk  seperti bullying dan senioritas mengelilingi otak ku. Namun semua sudah berlalu sekarang gelar anak SMA sudah resmi aku sandang.
 Gelora muda ku sungguh bergejolak aku ingin menjadi pusat perhatian menjadi siswi terkenal di sekolah. Aku salah satu dari siswi yang ingin selalu tampil trendy seperti teman ku yang lain. Fashion menjadi salah satu topik yang selalu aku upgrading tiap kalinya, dengan cara melihat trending teman-teman ku, rok diatas lutut, memakai baju sekolah yang nge-pas badan, kaos kaki putih panjang dengan sepatu putih. Masa remaja  memang benar adanya bahwa eksistensi dan pencarian jati diri tertanam pada masa SMA, aku mulai membuktikan hal tersebut.
Hari demi hari aku lewati bersama sahabat ku, tertawa hingga berprestasi bersama sudah menjadi agenda rutin bagiku. Walau penampilan ku seperti anak gaul, namun dalam diriku memiliki motivasi besar dalam berprestasi. Dalam kamus ku gaul boleh saja tapi pendidikan ku tidak boleh terjun bebas keduanya haruslah imbang. Masa remaja tidaklah lengkap tanpa adanya virus merah jambu, virus ini sudah menjadi penyakit umum para remaja dan setiap remaja pasti pernah merasakannya walau hanya satu kali. Aku seperti layaknya anak remaja lain yang mulai tertarik dengan lawan jenis, virus merah jambu itu mulai menyerang ku. Virus merah jambu itu memang menyerang ku akan tetapi aku tidak pernah pacaran tidak seperti yang dilakukan teman - teman ku hampir beberapa dari mereka pacaran, aku hanya sekedar menyukai dalam diam. Rasa malu ku ternyata bisa menjaga ku, namun
saat melihat open house tersebut aku terpesona melihat seorang kakak yang begitu mengagumkan, pintar, baik, sopan, dan manis. Ketika melihat kakak tersebut hati ini serasa berdebar-debar, rasa kagum ini yang membawa ku menyukai kimia. Berkali-kali aku bersama kedua sahabat ku mencari info siapakah sosok kakak yang istimewa ini, sudah berapa banyak siswa kelas 3 yang kami wawancara dan akhirnya aku berhasil mengetahui namanya, nama kakak itu adalah Aditya Pratama. Nama ini masih ku ingat karena banyak kejadian yang konyol yang aku lakukan bersama sahabat ku demi memperoleh nama, no. Hp, dan perhatiannya. Seiring dengan berputarnya lingkar waktu rasa suka ku menjadi biasa pada ka Adit, namun yang tersihir oleh pesona sang kakak adalah sahabat ku arin. Inilah awal aku begitu menyukai pelajaran kimia, ketertarikkan ku dengan kimia berlanjut, hingga aku memberanikan diri untuk mendaftarkan diri sebagai perwakilan sekolah dalam mengikuti olimpiade kimia. Sayangnya mungkin aku belum diizinkan oleh Allah untuk mewakili sekolahan ku, pada saat tahap seleksi aku hanya tertinggal 1 point saja untuk menjadi kandidat perwakilan sekolah, sungguh perasaan kecewa menggelilingi otakku. Di tengah rasa kecewa ku terhadap diri ku, aku tetap terhibur karena kedua sahabat ku berhasil menjadi kandidat olimpiade kebumian dan matematika perwakilan sekolah ku.
Pesona cerah sabtu pagi ini mengawali hari ku, ini adalah hari pertama aku merasakan mentoring. Perasaan yang aku rasakan saat ini adalah penasaran. Maklum, aku belum pernah mengikuti kegiatan kerohanian atau yang biasa disebut mentoring di sekolahku sebelumnya, aku berpikir bahwa pasti nanti membosankan membaca qur'an, membaca lagi dan lagi. Itulah pikiran yang muncul saat aku menuju tempat pertemuan, untungnya aku satu kelompok dengan kedua sahabat ku walau nanti akan membosankan ada mereka yang bisa menghiburku. Ini pertama kali aku menggunakan kerudung di luar jam sekolah, biasanya aku pergi dengan jeans, dan kaos ketat yang berwarna warni. Aku memakai rok sekolah (maklum saat itu aku tidak punya rok sama sekali) dan baju panjang disertai kerudung langsung pakai, biar mudah dilepas ketika selesai mentoring. Aku menginjakkan kaki ku ditempat pertemuan, ya kelompok mentoring ku terdiri dari delapan orang cukup banyak memang akan tetapi hal ini akan menyenangkan karena pastinya aku punya teman seperjuangan jadi saat bosan aku bisa bercanda dengan mereka. Beberapa menit kemudian kakak pementor tiba, sungguh wajah nya begitu berseri, saat aku menatap matanya penuh dengan gelora semangat yang luar biasa. Senyuman yang ia berikan kepada kami sungguh menentramkan hati kami yang sempat resah. Detik demi detik berlalu tidak terasa begitu cepat, ternyata apa yang terjadi tidak seperti yang aku bayangkan. Mentoring itu sangat mengasyikan, aku menjadi lebih paham akan agamaku. Satu pelajaran yang aku dapatkan bahwa “ Don’t Judge The Book By The Cover
 Waktu demi waktu berputar begitu cepat tidak terasa  sudah 1 tahun aku belajar di SMA ini dan saat nya aku naik ke kelas 2, aku bersama kedua sahabat ku kembali mengukir pelangi. Pelangi yang menimbulkan rasa kagum ketika melihatnya. Sudah hampir 1 tahun aku mengikuti kegiatan mentoring, dan sadar atau tidak sadar ternyata aku ikut terbuai di dalam nya. Salah satu teman ku Nisa sudah mulai berjilbab, subhanallah. Efek nya begitu terasa sekali untuk sahabat ku. Disusul dengan Khansa, yang mulai bertekad untuk berjilbab. Mereka berdua terlihat anggun ketika memakai jilbab mereka, begitu elegan. Namun aku masih saja asyik dengan dunia ku, aku masih mau menampakkan keindahan mahkota rambut ku, walau pun raga ku masih belum berjilbab, tapi aku berusaha melaksanakan sholat dhuha  serta amalan sunah lain rutin bersama kedua sahabatku, ternyata pepatah yang mengatakan bahwa" Ketika kau bergaul dengan pedagang minyak wangi maka engkau akan ikut wangi, namun ketika kau bergaul dengan tukang sampah maka engkau akan mendapatkan bau seperti sampah". Entah mengapa rasanya ketika melakukan ibadah sunah, hati ini selalu tenang.
Sekolah ini semakin hari semakin menunjukan bahwa sekolah ini adalah pesantren, bagaimana tidak terdapat peraturan baru bahwa setiap siswi harus menggunakan jilbab. Peraturan hanyalah peraturan tidak berpengaruh kepada siswa dan siswi di sekolah ku, karena masa-masa SMA adalah masa penunjukkan jati diri, ketika ada sesuatu yang mengekang kebebasan mereka maka pemberontakan yang akan muncul. Realita ini yang terjadi ternyata peraturan hanya sebuah peraturan, masih saja ada siswi yang dari rumah memakai jilbab, saat guru tidak ada jilbab yang menempel dikepala mereka dengan mudah ditanggalkan. Salah satu siswi yang seperti itu adalah aku, ya aku masih tidak terbiasa dengan jilbab. Jilbab ini seperti mengekang kebebasan aku berekspresi, pemikiran – pemikiran inilah yang selalu berputar di kepala ku,
“ Jika aku berjilbab, aku tidak bisa menggunakan trendy fashion saat ini”
“ Jika aku berjilbab, aku tidak bisa menampakkan keindahan makhkota ku”
“ Jika aku berjilbab, tidak akan ada lagi yang memperhatikan ku”
“ Jika aku berjilbab, …”
Banyak sekali alasan yang aku buat sebagai tameng  untuk menghindari jilbab. Ketika pertanyaan “ Kapan memakai jilbab?” maka 1000 alasan akan aku keluarkan.
Tiga tahun sudah aku lalui bersama sahabat yang selalu menemani ku, dan selama tiga tahun ini kami selalu mendapat kelompok mentoring yang sama. Persahabatan kami layaknya sebuah keluarga. Tangis  permasalahan kehidupan, kami lalui dengan senyuman dan canda tanpa beban, dikala yang lain jatuh aku selalu menjadi pundak mereka begitu pula mereka.  Hidupku sungguh sempurna, tapi aku masih saja tidak bersyukur. Hingga Allah menegur ku, ya dengan perlahan namun pasti. Permasalahan silih berganti datang  dalam hidupku, keluarga ku yang hampir hancur karena orang ketiga, ayah ku sakit, dan aku tidak lulus ujian try out. Aku hanya bisa menangis di pundak kedua sahabatku untuk sedikit menenangkan hati ini. Suatu malam di tengah permasalahan yang datang, aku bermimpi aku berada di sebuah taman yang sangat indah dan aku belum pernah melihat taman tersebut sebelumnya, kemudian aku dipersilahkan masuk oleh penjaga wanita yang menggunakan cadar hitam mereka menjaga ku dan membimbing ku di taman yang indah itu, sungguh aku bahagia berada di dalamnya. Entah mengapa setelah mimpi itu aku menjadi nyaman menggunakan jilbab, berbeda sekali ketika aku tidak menggunakan jilbab ternyata keamanan yang aku rasakan dengan adanya jilbab ini. Biasanya sewaktu aku tidak menggunakan jilbab ketika aku melewati sekumpulan pemuda mereka melihat ku dengan berbagai tatapan risih sekali rasanya, namun aku merasakan hal lain saat aku mencoba untuk mempertahankan jibab ku satu hari penuh. Semua orang selalu memberikan salam kepada ku termasuk para pemuda yang sering aku temui. Semenjak hari itu aku memutuskan untuk berjilbab setelah aku lulus SMA, berat sekali rasanya dihati kecil ku masih terdapat keraguan, apakah aku bisa mempertahankan jilbab ini. Ujian akhir Nasional pun tiba, ya setelah kejadian aku tidak lulus try out aku mengerahkan segala usaha optimal ku dalam belajar agar aku bisa mempersembahkan kelulusan ku untuk orang tua ku tercinta. “Siapa yang bersungguh-sungguh dalam berusaha maka ia akan berhasil”  pepatah yang sesuai dengan keadaan ku, Alhamdulillah ketika aku membuka surat pengumuman kelulusan bersama sahabat ku kami bertiga dinyatakan lulus. Kebahagiaan luar biasa sekaligus kesedihan yang mendalam, bagaimana tidak 6 tahun kebersamaan kami mengukir kisah pelangi kini berakhir sampai disini, kedua sahabat ku mendapatkan beasiswa S2 di universitas gunadarma dan aku akan berkuliah di Universitas Indonesia. Dua tempat yang berbeda, intensitas pertemuan yang sangat minim akan menjauhkan kami bertiga, tangis ini tak terbendung sungguh begitu sedih hati ini.
Rencana Allah adalah sebuah misteri kehidupan, kita sebagai HambaNya cukup menjalani dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Ini adalah hari pertama aku menggunakan jilbab permanen walau masih sedikit bergaya tapi ini adalah momentum perubahan yang aku lakukan. Universitas Indonesia, kampus kecil yang hangat. kampus yang tidak begitu luas bahkan bisa dikatakan kampus kecil ditengah keramaian hiruk-pikuk masyarakat. Beberapa bulan setelah kelulusan ku di SMA, Aku diterima di Universitas Indonesia jurusan kimia. Di balik keunikan kampus ini disinilah hidayah Allah Menghampiri ku.
 Kampus ini sangat unik di balik fungsinya sebagai kegiatan pembelajaran para kaum intelektual atau biasa disebut mahasiswa, kampus ini seperti memilki sebuah energi, semangat, dan  nuansa islami yang begitu kental.  Ketika aku menginjakkan kaki di depan kampus tersebut ada pertanyaan sama yang muncul saat aku bersekolah di SMA yaitu “ Apakah ini kampus atau sebuah pesantren?” ya terlihat dari awal saat langkah kita memasuki lapangan parkir atas dipenuhi pemuda dan pemudi yang ramah dengan menebarkan salam, banyak kelompok yang mengkaji al-qur’an atau sekedar berdiskusi tentang suatu masalah kampus. Hal ini tidak berhenti disini, ketika aku memasuki lebih dalam ke tempat pusat aktivitas kaum muslimin atau bisa kita sebut “ masjid”, disini memiliki suasana yang berbeda sebuah energi yang sangat kuat sebuah energi kerinduan akan RabbNya  berbeda sekali ketika masuk ke masjid-masjid di lingkungan masyarakat yang sepi dengan jamaah nya. Disini banyak aku temukan para kaum pemudi yang kebanyakan telah menutupi kehormatannya dengan sebuah hijabnya sedang asyik dengan al-qur’an nya, mengisi mentoring mencari ilmu Allah, ataupun sekedar bermusyawarah membahas program yang bermanfaat untuk orang lain dengan tetap menjaga izzah antara pemuda dan pemudinya. Sungguh energi positif di tempat ini sangat luar biasa, semangat menggelora pemuda dan pemudinya dalam menyebarkan kebaikan mampu membuat siapa saja yang berada disekelilingnya terhipnotis untuk bergabung. Di tengah kesibukan akademik mereka masih sempat bertemu RabbNya untuk berinteraksi dengan cara mengisi segala aktivitas yang bermanfaat untuk orang lain. Hal lain yang mencuri perhatian  tidak hanya aktivitas kampus ini yang begitu unik, tetapi keramahan dan kehangatan menyambut tamu sungguh mengingatkan aku  kepada teladan terbaik yaitu Rasullullah yang selalu menyambut saudaranya dengan kehangatan yang membuat sebuah kenyamanan. Inilah yang aku rasakan saat pertama kali aku menginjakkan kaki di kampus ini, suasana  pesantren. Suasana ini begitu membuat ku nyaman, terlebih lagi ketika aku masuk kuliah pertama kali kakak tingkat yang berjilbab lebar seperti jubah menghampiriku membuka perbincangan singkat, gerakannya nampak anggun ketika angin membelai jilbabnya,
“ Assalamu’alaikum ukh??” kakak yang terlihat anggun itu memanggil ku.
Dalam hati ku aku melihat kekanan dan kekiri, aku takut salah kalau yang dipanggil itu bukan aku.
“Wa’alaikumsalam ka, kakak manggil saya ya?” aku berkata sambil menunjuk diriku.
“ iya de ,, siapa lagi teteh manggil kamu ko, gimana kabarnya de? Nama adik siapa?”
“Alhamdulillah teh baik,, nama saya tresna teh,,teteh namanya siapa?”
“Ristyasih de..”
“oia teteh ko mau main ke kampus , kan jauh dari kosan d?”
“ iya teteh mau menjalin silaturahim sama adik-adik teteh, oia kamu pernah ikut mentoring de di SMA?”
“ ouh gitu teh, bagus ya jadi ga kesepian walau beda kampus hhe, iya teh saya di sekolah mentoring 3 tahun”
“ mau mentoring lagi ga de?”
“wahh..disini ada juga teh?? Mau dong teh..”
“ya ada dong, kan buat upgrade diri,,ya udah nanti teteh kabarin lagi ya,,teteh mau ke kelas lagi ada kuliah”
“ iya teh hati-hati ya saya tunggu ya..”
“teteh duluan ya..assalamu’alaikum”
“wa’alaikumusalam teh”
Perbicaraan singkat ini berlanjut, Allah seperti memmberikan ku seorang kakak yang selalu mengingatkan aku setiap saat, dalam waktu sehari minimal aku selalu mendapat sms tausiyah dari kakak yang ku kenal tempo hari sebagai sarana alarm pengingat qalbu. Waktu aku masih semester 1, aku sudah berjilbab namun masih menggunakan jilbab modis dengan menggunakan jeans, manset, dan kemeja. Jiwa SMA ku masih melekat saat itu. Oia aku lupa setelah beberapa bulan aku mengikuti kelas matriks, tiba masa orientasi mahasiswa, pikiran ku melayang kembali ke masa lampau masa dimana aku mengikuti MOS SMA. Entah mengapa aku begitu takut menghadapi masa ospek ini, ya ternyata benar ospek pun berlangsung penuh tekanan dari kakak tingkat. Masa ospek ternyata mengubah ku, sadar atau tidak sadar secara perlahan. Beberapa lama setelah ospek selesai aku rutin mengikuti kegiatan mentoring bersama kelompok lingkaran cinta, langkah ku semakin terang aku menjadi lebih paham tetang agama ku. Ditengah kesunyian malam aku berpikir, bahwa aku terlalu lama jauh dari RabbKu sudah banyak nikmat yang Allah berikan namun aku tidak mau bersyukur dengan mengamalkan segala perintahNya dan menjauhi laranganNya. Sebuah momentum baru lahir aku harus berubah, cukup sudah aku merasakan gemerlap masa remaja yang menurut ku indah kala itu. Sedikit demi sedikit aku mulai melakukam perubahan, ya aku mulai memakai rok. Saat aku mencoba nya aku merasa aneh karena tidak terbiasa, akan tetapi aku merasakan sebuah kenyamanan. Perasaan yang ini berbeda ketika aku memakai jeans yang ketat dimana setiap memakainya aku merasa canggung takut ada bagian tubuh ku yang terlihat. Perubahan itu perlu waktu, awalnya berat namun ketika kita melakukannya secara kontinu maka akan menjadi sebuah kebiasaan.
Sudah hampir enam bulan aku melakukan momentum perubahan, Allah begitu sangat menyayangi ku ternyata aku diberikan kesempatan  untuk mengubah semua penampilan ku sesuai syariatNya. Waktu aku berulang tahun  ke-19 aku mendapatkan sebuah kado yang sangat berarti, ya nilainya kecil namun sangat bermakna sebuah hijab lebar dan tebal. Saat itu tidak tahu mengapa aku ingin sekali memakai nya, besok nya aku mencoba memakainya ke kampus plus dengan kemeja panjang yang longgar. Ekspresi yang mengejutkan keluar dari teman-teman ku, mereka memuji penampilan ku yang baru menurut mereka pakaian ini sangat cocok untuk ku. Semenjak itu aku mulai meminta ibu untuk membelikan baju dan rok ketika mereka memiliki rezeki berlebih. Hijab yang aku pakai selalu  menjaga prilaku ku, menjaga hatiku, menjaga lisanku dan menjaga keimananku. Dampak yang luar biasa telah tercipta dari sebuah kain tebal yang menutupi kehormatanku. Hidayah Allah turun dari mana saja bagi hamba-hamba yang dikehendakiNya siapapun itu. Sekarang aku bangga menggunakan jilbab yang syar’i, aku bangga dengan idelisme ini. Sesungguhnya perempuan yang baik adalah yang mampu menjaga kehormatanya dimana pun ia berada.
            Inilah jalan ku yang luar biasa, hijab ku adalah idealisme ku, hijab ku adalah pelidungku, hijab ku adalah kehormatan bagi ku. Allah Azza Wa Jalla memberikan sebuah hadiah luar biasa yang tiada ternilai di dunia. Awal nya aku adalah pasir hitam yang berlumur dengan fatamorgana dunia, namun cahaya Allah nan indah menjadikan aku mutiara yang bernilai. Jalan yang panjang dengan berbagai duri menjadi sebuah proses menuju cahanya Nya. Inilah aku dengan hijab ku sebagai kehormatan ku. ketika hidayah itu datang maka sesuatu yang tak mungkin terjadi akan mudah seketika berubah menjadi sebuah kenyataan yang indah.

Jangan takut untuk berhijab because your hijab is your beautiful .. ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar