ketika hidayah itu datang
Mentari bersinar
menampakan cahaya kemilau disertai embun hangat, hari ini adalah hari pertama
aku masuk SMA. Masa remaja ku berawal
disini, kata beberapa orang yang telah merasakan masa SMA mereka bilang “masa
remaja adalah masa yang paling indah”, ini hanya sebuah ungkapan aku tidaklah begitu memikirkan masalah
tersebut yang aku pikirkan saat ini aku sekarang siswi SMA dunia baru ku akan
kah sama seperti dunia SMP ku yang seperti pelangi? Perkenalkan nama ku Aisyah
Nur Hafidzah, menurut ibu nama ku itu
berarti adalah “ Pemelihara Cahaya Kebaikan”, orang tua ku berharap aku akan
menjadi seorang perempuan yang mampu memberikan cahaya kebaikan kepada siapapun
tidak membedakan kasta, dan derajat layaknya Aisyah Ra. yang selalu mencintai
umatnya. Seni merupakan salah satu hobi yang mengalir pada darah ku, seni tari
modern, dan seni rupa. Waktu aku SMP aku pernah mengikuti cheer leader dalam
acara pensi sekolah, seru sekali rasanya disana aku bisa belajar makna sebuah
tim, kekompakan, dan persahabatan dan saat memasuki masa SMA nilai seni rupa ku
selalu mencapai 80 lebih.
“ Teng..Teng..Teng..”
Bel tanda masuk berbunyi membangunkan ku dalam lamunan. Seluruh siswa dan siswi
baru dikumpulkan, aku yang diantarkan ayah segera berpamitan untuk menuju
lapangan
“ Ayah aku berangkat dulu
yahh..assalamu’alaikum”
“ Iya nak, hati-hati ya jangan lupa
taburkan senyum mu kepada teman baru mu”
“Baik ayah…”
Suasana baru itu yang
aku rasakan saat sampai di lapangan. Banyak wajah-wajah baru yang asing, dengan
perlahan langkah kaki ini berjalan
sambil mencari 2 orang sahabat ku. Ketika SMP Aku memiliki 2 orang sahabat dan
hingga saat ini mereka sudah 3 tahun menemani ku melukis pelangi bersama.
Mereka adalah Annisa dan khanza. Dalam barisan sambil membawa tas ransel
seperti tentara, aku selalu melihat sekeliling mencari mereka.
“ Door…hayo..nyari siapa” khanza yang
hiperaktif menepuk pundak ku.
“ Astagfirullah, ngagetiiin ih..kalian
kemana aja ?” jawab ku
“ Biasa ni, Lagi keliling liat-liat
sekolah baru kita..” nisa pun sambil menunjuk beberapa tempat yang mereka
singgahi.
“
Eh ..dengerin tuh kepala sekolah ngomong..kita kan siswa yang baik..” aku
menjawab sambil memamerkan baju seragam SMA baru.
“ Siswa baik?? Pas SMP aja lo jail
banget!!” ketus khanza
" Oke,, sedikit menghibur w kan
boleh lah, siapa tau doa tuh" jawab ku dengan memelas.
Satu minggu sudah masa transisi alias MOS di sekolah ku
berlangsung dan akhirnya selesai dengan menyenangkan, ku pikir akan banyak
kejadian mengerikan saat MOS berlangsung, yah maklum pemikiran anak SMP tentang
anak SMA saat itu sangat buruk seperti bullying dan senioritas mengelilingi
otak ku. Namun semua sudah berlalu sekarang gelar anak SMA sudah resmi aku
sandang.
Gelora muda ku sungguh bergejolak aku ingin
menjadi pusat perhatian menjadi siswi terkenal di sekolah. Aku salah satu dari
siswi yang ingin selalu tampil trendy
seperti teman ku yang lain. Fashion
menjadi salah satu topik yang selalu aku upgrading
tiap kalinya, dengan cara melihat trending
teman-teman ku, rok diatas lutut, memakai baju sekolah yang nge-pas badan, kaos kaki putih panjang
dengan sepatu putih. Masa remaja memang
benar adanya bahwa eksistensi dan pencarian jati diri tertanam pada masa SMA,
aku mulai membuktikan hal tersebut.
Hari demi hari aku
lewati bersama sahabat ku, tertawa hingga berprestasi bersama sudah menjadi
agenda rutin bagiku. Walau penampilan ku seperti anak gaul, namun dalam diriku
memiliki motivasi besar dalam berprestasi. Dalam kamus ku gaul boleh saja tapi
pendidikan ku tidak boleh terjun bebas keduanya haruslah imbang. Masa remaja
tidaklah lengkap tanpa adanya virus merah jambu, virus ini sudah menjadi penyakit
umum para remaja dan setiap remaja pasti pernah merasakannya walau hanya satu
kali. Aku seperti layaknya anak remaja lain yang mulai tertarik dengan lawan
jenis, virus merah jambu itu mulai menyerang ku. Virus merah jambu itu memang
menyerang ku akan tetapi aku tidak pernah pacaran tidak seperti yang dilakukan
teman - teman ku hampir beberapa dari mereka pacaran, aku hanya sekedar
menyukai dalam diam. Rasa malu ku ternyata bisa menjaga ku, namun
saat melihat open house tersebut aku
terpesona melihat seorang kakak yang begitu mengagumkan, pintar, baik, sopan,
dan manis. Ketika melihat kakak tersebut hati ini serasa berdebar-debar, rasa
kagum ini yang membawa ku menyukai kimia. Berkali-kali aku bersama kedua sahabat
ku mencari info siapakah sosok kakak yang istimewa ini, sudah berapa banyak siswa
kelas 3 yang kami wawancara dan akhirnya aku berhasil mengetahui namanya, nama
kakak itu adalah Aditya Pratama. Nama ini masih ku ingat karena banyak kejadian
yang konyol yang aku lakukan bersama sahabat ku demi memperoleh nama, no. Hp,
dan perhatiannya. Seiring dengan berputarnya lingkar waktu rasa suka ku menjadi
biasa pada ka Adit, namun yang tersihir oleh pesona sang kakak adalah sahabat
ku arin. Inilah awal aku begitu menyukai pelajaran kimia, ketertarikkan ku
dengan kimia berlanjut, hingga aku memberanikan diri untuk mendaftarkan diri
sebagai perwakilan sekolah dalam mengikuti olimpiade kimia. Sayangnya mungkin
aku belum diizinkan oleh Allah untuk mewakili sekolahan ku, pada saat tahap
seleksi aku hanya tertinggal 1 point saja untuk menjadi kandidat perwakilan
sekolah, sungguh perasaan kecewa menggelilingi otakku. Di tengah rasa kecewa ku
terhadap diri ku, aku tetap terhibur karena kedua sahabat ku berhasil menjadi
kandidat olimpiade kebumian dan matematika perwakilan sekolah ku.
Pesona cerah sabtu pagi
ini mengawali hari ku, ini adalah hari pertama aku merasakan mentoring.
Perasaan yang aku rasakan saat ini adalah penasaran. Maklum, aku belum pernah
mengikuti kegiatan kerohanian atau yang biasa disebut mentoring di sekolahku
sebelumnya, aku berpikir bahwa pasti nanti membosankan membaca qur'an, membaca
lagi dan lagi. Itulah pikiran yang muncul saat aku menuju tempat pertemuan,
untungnya aku satu kelompok dengan kedua sahabat ku walau nanti akan membosankan
ada mereka yang bisa menghiburku. Ini pertama kali aku menggunakan kerudung di luar
jam sekolah, biasanya aku pergi dengan jeans, dan kaos ketat yang berwarna
warni. Aku memakai rok sekolah (maklum saat itu aku tidak punya rok sama
sekali) dan baju panjang disertai kerudung langsung pakai, biar mudah dilepas
ketika selesai mentoring. Aku menginjakkan kaki ku ditempat pertemuan, ya
kelompok mentoring ku terdiri dari delapan orang cukup banyak memang akan
tetapi hal ini akan menyenangkan karena pastinya aku punya teman seperjuangan
jadi saat bosan aku bisa bercanda dengan mereka. Beberapa menit kemudian kakak
pementor tiba, sungguh wajah nya begitu berseri, saat aku menatap matanya penuh
dengan gelora semangat yang luar biasa. Senyuman yang ia berikan kepada kami
sungguh menentramkan hati kami yang sempat resah. Detik demi detik berlalu
tidak terasa begitu cepat, ternyata apa yang terjadi tidak seperti yang aku
bayangkan. Mentoring itu sangat mengasyikan, aku menjadi lebih paham akan
agamaku. Satu pelajaran yang aku dapatkan bahwa “ Don’t Judge The Book By The Cover”
Waktu demi waktu berputar begitu cepat tidak
terasa sudah 1 tahun aku belajar di SMA
ini dan saat nya aku naik ke kelas 2, aku bersama kedua sahabat ku kembali
mengukir pelangi. Pelangi yang menimbulkan rasa kagum ketika melihatnya. Sudah
hampir 1 tahun aku mengikuti kegiatan mentoring, dan sadar atau tidak sadar
ternyata aku ikut terbuai di dalam nya. Salah satu teman ku Nisa sudah mulai
berjilbab, subhanallah. Efek nya begitu terasa sekali untuk sahabat ku. Disusul
dengan Khansa, yang mulai bertekad untuk berjilbab. Mereka berdua terlihat
anggun ketika memakai jilbab mereka, begitu elegan. Namun aku masih saja asyik
dengan dunia ku, aku masih mau menampakkan keindahan mahkota rambut ku, walau
pun raga ku masih belum berjilbab, tapi aku berusaha melaksanakan sholat dhuha serta amalan sunah lain rutin bersama kedua
sahabatku, ternyata pepatah yang mengatakan bahwa" Ketika kau bergaul
dengan pedagang minyak wangi maka engkau akan ikut wangi, namun ketika kau
bergaul dengan tukang sampah maka engkau akan mendapatkan bau seperti
sampah". Entah mengapa rasanya ketika melakukan ibadah sunah, hati ini
selalu tenang.
Sekolah ini semakin
hari semakin menunjukan bahwa sekolah ini adalah pesantren, bagaimana tidak
terdapat peraturan baru bahwa setiap siswi harus menggunakan jilbab. Peraturan
hanyalah peraturan tidak berpengaruh kepada siswa dan siswi di sekolah ku,
karena masa-masa SMA adalah masa penunjukkan jati diri, ketika ada sesuatu yang
mengekang kebebasan mereka maka pemberontakan yang akan muncul. Realita ini
yang terjadi ternyata peraturan hanya sebuah peraturan, masih saja ada siswi
yang dari rumah memakai jilbab, saat guru tidak ada jilbab yang menempel dikepala
mereka dengan mudah ditanggalkan. Salah satu siswi yang seperti itu adalah aku,
ya aku masih tidak terbiasa dengan jilbab. Jilbab ini seperti mengekang
kebebasan aku berekspresi, pemikiran – pemikiran inilah yang selalu berputar di
kepala ku,
“ Jika aku berjilbab, aku tidak bisa
menggunakan trendy fashion saat ini”
“ Jika aku berjilbab, aku tidak bisa
menampakkan keindahan makhkota ku”
“ Jika aku berjilbab, tidak akan ada
lagi yang memperhatikan ku”
“ Jika aku berjilbab, …”
Banyak sekali alasan yang aku buat
sebagai tameng untuk menghindari jilbab.
Ketika pertanyaan “ Kapan memakai jilbab?” maka 1000 alasan akan aku keluarkan.
Tiga tahun sudah aku
lalui bersama sahabat yang selalu menemani ku, dan selama tiga tahun ini kami
selalu mendapat kelompok mentoring yang sama. Persahabatan kami layaknya sebuah
keluarga. Tangis permasalahan kehidupan,
kami lalui dengan senyuman dan canda tanpa beban, dikala yang lain jatuh aku
selalu menjadi pundak mereka begitu pula mereka. Hidupku sungguh sempurna, tapi aku masih saja
tidak bersyukur. Hingga Allah menegur ku, ya dengan perlahan namun pasti.
Permasalahan silih berganti datang dalam
hidupku, keluarga ku yang hampir hancur karena orang ketiga, ayah ku sakit, dan
aku tidak lulus ujian try out. Aku hanya bisa menangis di pundak kedua
sahabatku untuk sedikit menenangkan hati ini. Suatu malam di tengah permasalahan
yang datang, aku bermimpi aku berada di sebuah taman yang sangat indah dan aku
belum pernah melihat taman tersebut sebelumnya, kemudian aku dipersilahkan
masuk oleh penjaga wanita yang menggunakan cadar hitam mereka menjaga ku dan
membimbing ku di taman yang indah itu, sungguh aku bahagia berada di dalamnya.
Entah mengapa setelah mimpi itu aku menjadi nyaman menggunakan jilbab, berbeda
sekali ketika aku tidak menggunakan jilbab ternyata keamanan yang aku rasakan
dengan adanya jilbab ini. Biasanya sewaktu aku tidak menggunakan jilbab ketika
aku melewati sekumpulan pemuda mereka melihat ku dengan berbagai tatapan risih
sekali rasanya, namun aku merasakan hal lain saat aku mencoba untuk
mempertahankan jibab ku satu hari penuh. Semua orang selalu memberikan salam
kepada ku termasuk para pemuda yang sering aku temui. Semenjak hari itu aku
memutuskan untuk berjilbab setelah aku lulus SMA, berat sekali rasanya dihati
kecil ku masih terdapat keraguan, apakah aku bisa mempertahankan jilbab ini.
Ujian akhir Nasional pun tiba, ya setelah kejadian aku tidak lulus try out aku
mengerahkan segala usaha optimal ku dalam belajar agar aku bisa mempersembahkan
kelulusan ku untuk orang tua ku tercinta. “Siapa yang bersungguh-sungguh dalam
berusaha maka ia akan berhasil” pepatah
yang sesuai dengan keadaan ku, Alhamdulillah ketika aku membuka surat
pengumuman kelulusan bersama sahabat ku kami bertiga dinyatakan lulus.
Kebahagiaan luar biasa sekaligus kesedihan yang mendalam, bagaimana tidak 6
tahun kebersamaan kami mengukir kisah pelangi kini berakhir sampai disini,
kedua sahabat ku mendapatkan beasiswa S2 di universitas gunadarma dan aku akan
berkuliah di Universitas Indonesia. Dua tempat yang berbeda, intensitas
pertemuan yang sangat minim akan menjauhkan kami bertiga, tangis ini tak
terbendung sungguh begitu sedih hati ini.
Rencana Allah adalah
sebuah misteri kehidupan, kita sebagai HambaNya cukup menjalani dengan penuh
kesabaran dan keikhlasan. Ini adalah hari pertama aku menggunakan jilbab
permanen walau masih sedikit bergaya tapi ini adalah momentum perubahan yang
aku lakukan. Universitas Indonesia, kampus kecil yang hangat. kampus yang tidak
begitu luas bahkan bisa dikatakan kampus kecil ditengah keramaian hiruk-pikuk
masyarakat. Beberapa bulan setelah kelulusan ku di SMA, Aku diterima di Universitas
Indonesia jurusan kimia. Di balik keunikan kampus ini disinilah hidayah Allah
Menghampiri ku.
Kampus ini sangat unik di balik fungsinya
sebagai kegiatan pembelajaran para kaum intelektual atau biasa disebut mahasiswa,
kampus ini seperti memilki sebuah energi, semangat, dan nuansa islami yang begitu kental. Ketika aku menginjakkan kaki di depan kampus
tersebut ada pertanyaan sama yang muncul saat aku bersekolah di SMA yaitu “ Apakah
ini kampus atau sebuah pesantren?” ya terlihat dari awal saat langkah kita
memasuki lapangan parkir atas dipenuhi pemuda dan pemudi yang ramah dengan
menebarkan salam, banyak kelompok yang mengkaji al-qur’an atau sekedar
berdiskusi tentang suatu masalah kampus. Hal ini tidak berhenti disini, ketika
aku memasuki lebih dalam ke tempat pusat aktivitas kaum muslimin atau bisa kita
sebut “ masjid”, disini memiliki suasana yang berbeda sebuah energi yang sangat
kuat sebuah energi kerinduan akan RabbNya
berbeda sekali ketika masuk ke masjid-masjid di lingkungan masyarakat
yang sepi dengan jamaah nya. Disini banyak aku temukan para kaum pemudi yang
kebanyakan telah menutupi kehormatannya dengan sebuah hijabnya sedang asyik dengan
al-qur’an nya, mengisi mentoring mencari ilmu Allah, ataupun sekedar
bermusyawarah membahas program yang bermanfaat untuk orang lain dengan tetap
menjaga izzah antara pemuda dan pemudinya. Sungguh energi positif di tempat ini
sangat luar biasa, semangat menggelora pemuda dan pemudinya dalam menyebarkan
kebaikan mampu membuat siapa saja yang berada disekelilingnya terhipnotis untuk
bergabung. Di tengah kesibukan akademik mereka masih sempat bertemu RabbNya
untuk berinteraksi dengan cara mengisi segala aktivitas yang bermanfaat untuk
orang lain. Hal lain yang mencuri perhatian tidak hanya aktivitas kampus ini yang begitu
unik, tetapi keramahan dan kehangatan menyambut tamu sungguh mengingatkan
aku kepada teladan terbaik yaitu
Rasullullah yang selalu menyambut saudaranya dengan kehangatan yang membuat
sebuah kenyamanan. Inilah yang aku rasakan saat pertama kali aku menginjakkan
kaki di kampus ini, suasana pesantren.
Suasana ini begitu membuat ku nyaman, terlebih lagi ketika aku masuk kuliah
pertama kali kakak tingkat yang berjilbab lebar seperti jubah menghampiriku membuka
perbincangan singkat, gerakannya nampak anggun ketika angin membelai jilbabnya,
“ Assalamu’alaikum ukh??” kakak yang
terlihat anggun itu memanggil ku.
Dalam hati ku aku melihat kekanan dan
kekiri, aku takut salah kalau yang dipanggil itu bukan aku.
“Wa’alaikumsalam ka, kakak manggil saya
ya?” aku berkata sambil menunjuk diriku.
“ iya de ,, siapa lagi teteh manggil
kamu ko, gimana kabarnya de? Nama adik siapa?”
“Alhamdulillah teh baik,, nama saya
tresna teh,,teteh namanya siapa?”
“Ristyasih de..”
“oia teteh ko mau main ke kampus , kan jauh dari kosan d?”
“ iya teteh mau menjalin silaturahim
sama adik-adik teteh, oia kamu pernah ikut mentoring de di SMA?”
“ ouh gitu teh, bagus ya jadi ga kesepian
walau beda kampus hhe, iya teh saya di sekolah mentoring 3 tahun”
“ mau mentoring lagi ga de?”
“wahh..disini ada juga teh?? Mau dong teh..”
“ya ada dong, kan buat upgrade diri,,ya
udah nanti teteh kabarin lagi ya,,teteh mau ke kelas lagi ada kuliah”
“ iya teh hati-hati ya saya tunggu ya..”
“teteh duluan ya..assalamu’alaikum”
“wa’alaikumusalam teh”
Perbicaraan singkat ini
berlanjut, Allah seperti memmberikan ku seorang kakak yang selalu mengingatkan
aku setiap saat, dalam waktu sehari minimal aku selalu mendapat sms tausiyah
dari kakak yang ku kenal tempo hari sebagai sarana alarm pengingat qalbu. Waktu
aku masih semester 1, aku sudah berjilbab namun masih menggunakan jilbab modis
dengan menggunakan jeans, manset, dan kemeja. Jiwa SMA ku masih melekat saat
itu. Oia aku lupa setelah beberapa bulan aku mengikuti kelas matriks, tiba masa
orientasi mahasiswa, pikiran ku melayang kembali ke masa lampau masa dimana aku
mengikuti MOS SMA. Entah mengapa aku begitu takut menghadapi masa ospek ini, ya
ternyata benar ospek pun berlangsung penuh tekanan dari kakak tingkat. Masa
ospek ternyata mengubah ku, sadar atau tidak sadar secara perlahan. Beberapa
lama setelah ospek selesai aku rutin mengikuti kegiatan mentoring bersama
kelompok lingkaran cinta, langkah ku semakin terang aku menjadi lebih paham
tetang agama ku. Ditengah kesunyian malam aku berpikir, bahwa aku terlalu lama
jauh dari RabbKu sudah banyak nikmat yang Allah berikan namun aku tidak mau
bersyukur dengan mengamalkan segala perintahNya dan menjauhi laranganNya. Sebuah
momentum baru lahir aku harus berubah, cukup sudah aku merasakan gemerlap masa
remaja yang menurut ku indah kala itu. Sedikit demi sedikit aku mulai melakukam
perubahan, ya aku mulai memakai rok. Saat aku mencoba nya aku merasa aneh
karena tidak terbiasa, akan tetapi aku merasakan sebuah kenyamanan. Perasaan
yang ini berbeda ketika aku memakai jeans
yang ketat dimana setiap memakainya aku merasa canggung takut ada bagian tubuh
ku yang terlihat. Perubahan itu perlu waktu, awalnya berat namun ketika kita
melakukannya secara kontinu maka akan menjadi sebuah kebiasaan.
Sudah hampir enam bulan
aku melakukan momentum perubahan, Allah begitu sangat menyayangi ku ternyata
aku diberikan kesempatan untuk mengubah
semua penampilan ku sesuai syariatNya. Waktu aku berulang tahun ke-19 aku mendapatkan sebuah kado yang sangat
berarti, ya nilainya kecil namun sangat bermakna sebuah hijab lebar dan tebal.
Saat itu tidak tahu mengapa aku ingin sekali memakai nya, besok nya aku mencoba
memakainya ke kampus plus dengan kemeja panjang yang longgar. Ekspresi yang
mengejutkan keluar dari teman-teman ku, mereka memuji penampilan ku yang baru
menurut mereka pakaian ini sangat cocok untuk ku. Semenjak itu aku mulai
meminta ibu untuk membelikan baju dan rok ketika mereka memiliki rezeki
berlebih. Hijab yang aku pakai selalu menjaga
prilaku ku, menjaga hatiku, menjaga lisanku dan menjaga keimananku. Dampak yang
luar biasa telah tercipta dari sebuah kain tebal yang menutupi kehormatanku.
Hidayah Allah turun dari mana saja bagi hamba-hamba yang dikehendakiNya
siapapun itu. Sekarang aku bangga menggunakan jilbab yang syar’i, aku bangga
dengan idelisme ini. Sesungguhnya perempuan yang baik adalah yang mampu menjaga
kehormatanya dimana pun ia berada.
Inilah
jalan ku yang luar biasa, hijab ku adalah idealisme ku, hijab ku adalah
pelidungku, hijab ku adalah kehormatan bagi ku. Allah Azza Wa Jalla memberikan sebuah
hadiah luar biasa yang tiada ternilai di dunia. Awal nya aku adalah pasir hitam
yang berlumur dengan fatamorgana dunia, namun cahaya Allah nan indah menjadikan
aku mutiara yang bernilai. Jalan yang panjang dengan berbagai duri menjadi
sebuah proses menuju cahanya Nya. Inilah aku dengan hijab ku sebagai kehormatan
ku. ketika hidayah itu datang maka sesuatu yang tak mungkin terjadi akan mudah seketika berubah menjadi sebuah kenyataan yang indah.
Jangan takut untuk berhijab because your hijab is your beautiful .. ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar