Alhamdulillah,
segala puji bagi Allah yang menyatukan hati-hati kita.
Shalawat
dan salam semoga senantiasa tercurah pada Nabi kita Muhammad SAW, keluarga dan
sahabat, serta seluruh kaum muslimin yang istiqomah menjalankan risalah islam
hingga hari akhir nanti.
Banyak
keluhan, curhat atau pertanyaan yang masuk pada saya seputar hal tersebut. Dari
mulai pihak orangtua yang ‘shock’ dengan teror dari anaknya yang meminta
menikah dengan bertubi-tubi, hingga larangan para ortu pada anaknya untuk
menikah karena masalah ekonomi dan yang semacamnya.
Sepertinya
banyak alasan para orangtua belum mengijinkan anaknya untuk menikah, bahkan
sampai pada tahapan ada yang ‘sakit’ jika anaknya kembali membicarakan tentang
pernikahan. Namun diantara sekian alasan itu, barangkali ada beberapa hal yang
sering muncul di benak para orang tua tentang pernikahan putra-putrinya.
1. Merasa Pernikahan itu tidak perlu cepat-cepat, bisa nanti-nanti
saja, apalagi bagi yang anaknya laki-laki.
2. Merasa sang anak belum mampu dan mandiri secara ekonomi.
3. Merasa khawatir dengan pasangan anaknya nanti, apakah sholeh
atau tidak , dan sebagainya. Bahkan mungkin sebagian sudah ada yang menyiapkan
jodoh bagi anaknya.
Nah,
ada beberapa hal yang perlu dijalankan seorang akh/ukhti sebelum berproses
menuju pernikahan. Semuanya dijalankan dengan penuh kesungguhan dan
lemah-lembut. Jangan memaksakan ‘niat mulia’ ini dengan cara yang tidak mulia.
Beberapa hal tersebut antara lain :
Pertama
: Menunjukkan Prestasi dan Kemampuan Diri
Hendaknya
para akhi/ukhti bisa menunjukkan pada kedua orangtuanya bahwa mereka ini telah
‘layak’ menikah. Bukan lagi anak kecil yang ingin dimanja, bukan lagi ‘sekedar’
mahasiswa biasa yang menanti-nanti gelar sarjana. Yakinkan orangtua dengan
parade prestasi, maka insya Allah akan membukakan hati para orang tua untuk
menyatakan : oo.. ternyata anak saya mampu.
Karenanya,
berprestasilah terlebih dahulu dan tunjukkan pada orang tua agar mereka bisa
tenang saat merestui anaknya berproses menuju pernikahan.
Ingat ungkapan salah satu putri Syuaib yang diabadikan dalam Al-Quran :
Ingat ungkapan salah satu putri Syuaib yang diabadikan dalam Al-Quran :
Salah
seorang dari kedua wanita itu berkata: “Ya bapakku ambillah ia sebagai orang
yang bekerja (pada kita), Karena Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu
ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang Kuat lagi dapat dipercaya”.
(Qoshos 26)
Nah,
ketika para orangtua sudah cukup merasa tenang bahwa anaknya punya karakter “
Kuat dan Terpercaya” atau mempunya Performance dan Kredibilitas yang baik, maka
insya Allah mereka akan menyetujui setiap usulan dari anaknya, termasuk usulan
nikah. Jadi, buktikan dulu pada para orangtua bahwa Anda telah banyak mengukir
berprestasi .
Kedua
: Memberikan Penjelasan tentang Anjuran Menyegerakan Pernikahan
Terkadang
orang-orang tua merasa tenang-tenang saja dengan isu pernikahan. Mereka belum
sadar bahwa usia semakin menua dan saatnya untuk menimang cucu telah tiba.
Karenanya berikan pemahaman bahwa urusan nikah adalah ibadah mulia yang juga
mengikuti kaidah : “ Lebih Cepat Lebih Baik “, hal ini tentu senada dengan
isyarat dalam sebuah hadits :
Dari
Ali ra, Rasulullah SAW bersabda : “ Wahai Ali, tiga hal yang jangan engkau
tunda-tunda (yaitu) : Sholat ketika telah datang waktunya, jenazah yang sudah
siap (dimakamkan), dan bujangan yang sudah menemukan pasangannya (yg sekufu) “
(HR Tirmidzi dan Ahmad)
Ketiga
: Curhat pada Orangtua tentang Kegelisahan Hati dan banyaknya Godaan di luar
sana
Barangkali
para orangtua belum sadar sepenuhnya bagaimana kondisi dunia luar yang bisa
mengotori hati putra-putrinya. Di sana ada pemandangan syahwati yang bertaburan
di jalanan dan sekolahan. Di sana ada satu dua pandangan dan sapaan yang
melenakan. Di sana ada ucapan-ucapan indah yang mengotori niat dan hati. Belum
lagi dengan iringan lagu-lagu romantis yang senantiasa memprovokasi.
Seorang
akhi/ukhti hendaklah dengan jujur menyampaikan kegelisahan ini. Dan dari
sanalah kemudian muncul keinginan untuk segera membentengi diri. Mengakhiri
segala bentuk romantisme semua yang tiada henti. Sampaikan pada orangtua bahwa
anaknya ini ingin menikah untuk menjaga diri dan juga kehormatan keluarga.
Barangkali
hadits di bahwa ini bisa jadi bekal untuk berdiskusi :
Dari
Abu Hurairah ra , Rasulullah SAW bersabda : “ Ada tiga orang yang wajib bagi
Allah menolongnya : orang yang berjihad di jalan Allah, budak ‘Mukatib’ yang
ingin membayar pembebasannya, dan seorang yang ingin menikah untuk menjaga
dirinya “ (HR Tirmidzi)
Keempat
: Meyakinkan tentang rizki dan tekad kuat untuk mandiri
Sungguh
kurang layak mengajukan pernikah pada orangtua jika kantong ini belum terisi
dari keringat kita sendiri. Memang ada satu dua kasus dimana orangtua ‘sholih’
sangat inisiatif dalam membantu pernikahan anaknya secara finansial. Barangkali
ia terinspirasi dengan Nabi Syu’aib yang begitu kooperatif membantu pernikahan
putrinya dengan nabi Musa as. Tapi saya yakin tidak banyak orang tua yang
semacam itu.
Nah,
jadilah kita harus ‘berjanji-janji’ bak politisi untuk mewujudkan kemandirian
ekonomi. Sampaikan langkah-langkah Anda ke depan dalam memenuhi kebutuhan dasar
sebuah pernikahan. Jika ada satu dua keluarga yang tulus membantu, terima
dengan tangan terbuka tapi tidak dalam arti melenakan kita untuk mencari dengan
keringat kita sendiri.
Jangan
lupa mengingatkan konsep ekonomi ‘Ketuhanan’ yaitu pernikahan adalah salah satu
pintu-pintu rizki di muka bumi ini. Betapa banyak yang menjadi kaya dan
bersemangat dalam berusaha saat di rumah telah ada bidadari yang memotivasi.
Yakinkan para orang tua dengan ayat monumental tentang pernikahan dan rizki
Dan
kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak
(berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang
perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya.
dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahu i. (QS An-Nuur 32)
Kelima
: Menyampaikan bahwa Akhlak dan Agama adalah Prioritas Utama dalam mencari
pasangan nantinya
Terakhir,
meyakinkan bahwa ‘calon mantu’ nanti adalah sosok yang terpilih karena
keshalihan dan agamanya. Bukan sekedar tampan dan cantik karena ini bukan
audisi model dan artis, bukan pula sekedar kaya raya karena ini bukanlah
membuat perusahaan komersial. Tapi yang dicari adalah dua kriteria utama :
Akhlak dan Agamanya.
Perlu
juga diingatkan pada para orangtua ini dua karakter ini sejak awal, jangan
sampai mereka mengharapkan kriteria bermacam-macam yang barangkali justru tidak
islami dan mempersulit anaknya dalam menemukan jodohnya. Cukuplah bagi para
orangtua peringatan Rasulullah SAW dalam haditsnya :
Dari
Abu Hatim ra, Rasulullah SAW bersabda : “ Jika telah datang (melamar) padamu
seorang yang engkau ridhoi agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia (dg
anakmu), jika engkau tidak melakukannya maka akan muncul fitnah di muka bumi
ini dan kerusakan yang besar “ ( HR Tirmidzi dengan sanad yang baik)
Akhirnya,
masih banyak tahapan yang harus akhi/ukhti jalankan sebelum memasuki sebuah
proses pernikahan. Akan ada hambatan, bahkan mungkin tangisan, tapi yakinlah
itu semua akan semakin mendewasakan dan mengokohkan hati untuk menghadapi lebih
banyak lagi tantangan usai pernikahan.
Wallahu
a’lam bisshowab. Semoga Allah SWT memberikan kita kekuatan untuk memahami apa
yang kita kaji pagi ini, menjalankannya dengan sepenuh hati. Serta, -tentu
saja- mendakwahkannya pada yang lain.
Wassalamu’alaikum
wr wb.
Hatta Syamsuddin.Alumni Sudan, penulis dan dosen Mahad Abu Bakar UMS Surakarta. Trainer Motivasi Keislaman dan Keluarga Romantis. Lebih lengkapnya
Hatta Syamsuddin.Alumni Sudan, penulis dan dosen Mahad Abu Bakar UMS Surakarta. Trainer Motivasi Keislaman dan Keluarga Romantis. Lebih lengkapnya
Baca klik <a href='http://ayonikah.net/cara-mendiskusikan-nikah-pada-orang-tua.html'>http://ayonikah.net/cara-mendiskusikan-nikah-pada-orang-tua.html</a>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar