Jumat, 21 Juni 2013

PERNIK CINTA DIATAS SAJADAH

Siang ini begitu terik, panas nya merasuki kulit menyebabkan keringat yang tak diundang pun jatuh menetes tanpa dipinta. 
" hana, ayo cepatlah sebentar lagi dosen organik akan masuk!!" teriak hawa sambil melambaikan tangannya kepada hana. " iya hawa, sebentar ini aku sudah berlari ko .." hana berkata sambil terengah-engah. 

" kamu sih bawa bukunya banyak banget,, ribet banget sih siap-siapnya, jadi telat kan kita!" hawa berkata sambil menapaki tangga lantai dua tempat dimana kuliah dimulai. 

" afwan, hawa.."  hana pun berkata dengan sisa nafas terakhir sambil menapaki tangga.

aisyah nur hana seorang mahasiswi salah satu kampus di bogor jurusan kimia analisis, sekarang hana memasuki semester 3 dan sedang memasuki masa-masa berkarya dikampus nya. Di kampus, hana bukanlah mahasiswi yang menonjol dalam prestasi tapi dia juga bukan mahasiswi yang bernasib nasakom atau istilah lainnya " nasib satu koma".  Sekilas hana seperti perempuan biasa, namun ada yang berbeda dari dirinya ya ia berpenampilan aneh ditengah kondisi modernisasi anak-anak seusianya yang asyik dengan jeans, hotpants, pakaian jangkis dll. Akan tetapi hana berbeda,  ia justru menutup semua anggota badannya dengan pakaian yang longgar, berbalut rok serta kerudung lebarnya bahkan terkadang hana mendapat julukan " si  Jilbab Gondrong" dari teman-teman sekelasnya. 
" hana..ayo kita kan ada syuro hari ini, kamu lagi ngapain sih ??" hawa mencoba mendekati hana.
 " ups.. ga boleh liat ini buku masa depan aku hhe" hana bergegas menutup buku diary yang ia tulis sejak jam terakhir mata kuliah organik.
" oh gitu ya,, sekarang udah mulai rahasia-rahasiaan yah" hawa kesal sahabatnya mulai memiliki rahasia darinya.
" bukan ko,, ini bukan rahasia, tapi ini rencana masa depan aku. setiap manusia berhak dong merencanakan masa depannya, soal terwujud atau tidak ya kembali lagi terhadap skenario Allah" hana tersenyum mencubit pipi hawa yang gembil.
hana termasuk mahasiswi yang aktif di organisasi kampus, BEM, dan LDK merupakan sarana ia untuk berkarya. 

"Assalamu'alaikum ukh, ada ukh hana, ukh hawa dan ukh fitri" , suara terdengar di balik tabir hijab.

"wa'alaikumusalam, iya disini baru ada hana dan hawa, ukh fitri menyusul terkait masih ada jam kuliah" , sambut oleh hana yang kemudian mendekat ke tabir hijab.
" ya, sudah untuk mengefisienkan waktu kita mulai saja syuro kali ini dengan basmalah, dilanjut tilawah" suara tegas terdengar kembali. 
Suasana syuro begitu tenang dan terkadang sedikit memanas akibat perselisihan pendapat di antara mereka.
" afwan , akh anshori sebelumnya ana mau mengusulkan bagaimana acara leadership training ini di kemas secara menarik, dengan menghadirkan pemateri yang komunikatif, di tambah aplikatif langsung di lapangan" hana berkata dengan tegas namun lembut.
"iya, benar itu sekarang ini kita melihat bahwa banyak mahasiswa yang sudah kehilangan semangat untuk mengikuti acara seperti ini" hawa pun ikut memberikan saran pendkung.
" baiklah, kita buat konsep semenarik mungkin, ana pj kan konsep acara kasar ke masing-masing panitia acara. jadi syuro pekan depan kita bahas konsep ini" anshori berkata.

hana, hawa, fitri dan anshori berada di departemen yang sama di LDK yaitu departemen litbang. merekalah yang bertanggungjawab  untuk mengelola sumber daya manusia di LDK. 

Hana adalah seorang akhwat yang aktif di kampusnya, selain di LDK dia pun bergabung dengan BEM dan tentu di departemen yang sama yaitu litbang. 

" Hana, kamu mau lagsung pulang?? udah malem loh, nginep aja yuk di kosan ku" hawa berkata sambil melipat mukenanya yang ia pakai setelah sholat isya.


" iya, hawa aku pulang saja, khawatir ummi dan abi khawatir nanti klo aku ga pulang " hana menutup al-quran yang telah ia baca.

 " dasar kamu , yah... keras kepalanya ga ilang-ilang dari semester 1" hawa memeluk hana.
" hhe, keras kepala tapi ga keras hati ko.. ya udah aku pulang yah. kamu jangan lupa kerjakan laporan praktikum besok yah..assalamu'alaikum" hana melangkah keluar masjid sambil melambaikan tangannya kepada hawa.

hembus angin malam saat itu begitu menyejukkan hati menemani langkah hana untuk menuju rumah syurganya. semakin malam kota bogor semakin mempesona, mata hana  sejak tadi tidak lepas dari arah jendela 
" subhanallah... Allah Maha Karya, hingga malam pun menjadi sangat indah ditemani sang bulan" hati hana berkata
perjalanan menuju rumah hana memang lumayan jauh sehingga ia selalu menuliskan setiap pelajaran yang ia dapatkan pada hari ini. Tak terasa waktu berjalan cepat hingga hana pun tak sadar bahwa ia sudah sampai di depan gang rumahnya.
"maaf, pak kirii...!" teriak hana dengan halus
" iya, neng... eh. kelewat ya neng??" dengan refleks supir angkot menginjak remnya.
" gpp, pak, saya yang salah terlalu asyik menulis.. hhe ini pak uangnya kembaliannya ambil saja" sambil menyerahkan uang 5000 dari kantongnya
" loh kebanyakan neng, ongkosnya kan cuma 2000" supir angkot berkata dengan wajah yang bingung.
"anggap saja itu rezeki dari Allah buat bapak dan keluarga,..hati-hati ya pak sampai rumahnya salam buat anak bapak ya.."
" ya, makasih banyak ya neng, bapak jarang loh dapet penumpang kaya eneng . abang doain biar jodoh lancar dan dapet yang sholeh.." senyuman ikhlas keluar dari supir angkot yang telah renta.
" aamiin, pak,, saya duluan ya pak, assalamu'alaikum.." hana pergi dengan meninggalkan senyuman terbaiknya.

malam semakin menunjukkan keindahannya, langit bertabur bintang dan bulan bersinar dengan keikhlasannya menemani sang malam. rutinitas inilah yang selalu dijalani oleh hana, setiap detik waktunya hanya untuk bermanfaat bagi lingkungan sekitar kegiatan ini berlangsung hingga 1 tahun lebih. Hingga akhir semester 3 adalah fase perjuangan yang harus hana hadapi.

" hana, abi mu sakit ... semenjak menjemput mu malam kemarin"  ujar umi dengan lembut via telepon.
" abi sakit apa umi??? sudah dibawa ke rumah sakit? terus sekarang umi dimana??" seribu pertanyaan dikeluarkan hana dengan penuh kecemasan kepada ibunya.
" belum dibawa ke rumah sakit , abi bilang ini hanya masuk angin biasa besok sembuh kata nya" umi segera memberi kata kata penenang untuk hana.
" tapi umii...." sahut hana
" ya sudah, nanti hana pulangnya jangan larut malam lagi ya, soalnya abi ga bisa jemput.." umi kembali menenangkan hana
" iya, umii sehabis kuliah selesai hana akan langsung pulang, maafin hana ya umi.. hana selalu merepotkan umi dan abi" hana tidak bisa menahan tetesan air mata nya yang jatuh
" hana sayang, umi dan abi tulus sayang dengan hana,, jadi ga usah merasa merepotkan umi atau abi yah,, sudah hapus air matanya"
" umi, ko tahu hana menangis??? " isakan hana yang terdengar melemah.
" tahu dong, kan umi nya siapa dulu...hhe ya sudah pulang hati-hati ya hana" umi berkata sambil bercanda untuk mencairkan suasana.

setelah beberapa lama hana memperoleh kabar tersebut, hanphone hana bergetar kembali segera hana membuka pesan singkat tersebut.
" assalamu'alaikum, ukh mengingatkan hari ini syuro persiapan bakti sosial di masjid annur jam 16.00. jazakallah" isi pesan singkat dari anshori
" ya Allah aku lupa, hari ini ada syuro... bagaimana ini, semua catatan syuro ada di aku..mana hawa tidak masuk kelas " hana berkata pelan sambil mengayunkan hanphonenya. kemudian ia mencoba meminta izin untuk tidak hadir ke dalam syuro tersebut, huruf per huruf pun ia ketik dengan jarinya yang kecil
" wa'alaikumusalam, akh afwan ana tidak bisa hadir, orang tua ana sedang sakit., hasil syuro minggu kemarin ada di ana, bisakah akhi ambil??? " hana segera menekan tombol kirim ke kontak anshori
tidak lama kemudian bergetar hp hana, dengan cepat ia membaca pesan masuk tersebut.
" oh , iya tdk apa-apa hana, syafakallah ya untuk org tua nya... hasil syuro nya ana ambil jam 3 di masjid ya. syukron" pesan singkat yang dikirimkan anshor pada hana.

matahari mulai meredup sinarnya dan kini berganti senja, semilir angin mengibaskan jilbab lebar yang dikenakan hana memberikan angin kesejukkan bagi siapa saja yang melihatnya. Namun, seraut wajah murung terurai dari matanya. Hana berjalan dengan tatapan kosong hingga ia tak sadar bahwa ansori sedari tadi berjalan dibelakangnya. Anshori merasa tidak enak jika harus mendahului hana, walaupun begitu ia berusaha menjaga pandangan akan tetapi beberapa pertanyaan selalu muncul dalam benaknya " mengapa hana begitu murung???" 
pertanyaan demi pertanyaan muncul, namun anshori kembali sadar bahwa itu bukan urusannya, dan ia kembali beristighfar.

" hana..." panggil hawa yang sedari tadi memperhatikan anshori yang berjalan di belakang hana.
" iya hawa,, kamu sudah selesai kuliahnya, gmn tadi kuis nya lancar kan???" ucap hana dengan berusaha menyembunyikan kesedihannya,\.
" alhamdulillah, lancar pake banget deh.. hhe" sambut hawa dengan ceria 
"alhamdulillah, aku mau ke masjid dulu ya, mau ketemu anhor untuk memberikan file syuro nti sore.." hana berkata dengan lemas
" loh, knp ga td aja ngasihnya.. toh sedari tadi anshor berjalan di belakang mu" ucap hawa yang  sedari tadi penasaran
" oh, masa iya.. aku tidak tahu hawa, kalo aku tau kan aku bisa langsung memberikannya" hana berkata dengan menghembuskan nafasnya
" ya sudah, aku mau cepat pulang, aku ke masjid dulu yah..assalamu'alaikum.."

semelir angin sore itu menerbangkan hijab pemisah antara ruang sholat akhwat dan ikhwan. Masjid sore ini begitu ramai dengan aktivitas dakwah, ya yang biasa dikalangan mahasiswa dikenal dengan syuro/rapat/ meeting. 
Namun di pojok hijab, hana sedang menunggu anshori untuk memberikan sebuah catatan.

" assalamu'alaikum, afwan ada ansori" suara yang begitu lembut namun terasa begitu lemas.
"iya , ini ana anshori" jawab ansori dengan wajah heran.
" ini catatan yang anta butuhkan, ana izin pulang yah. syukron" tukas hana dengan tergesa- gesa segera meninggalkan anshori.
"jazakill..." tak sempat ansori berkata suara dari balik hijab telah menghilang.

sikap hana yang begitu aneh membuat ansori menyimpan beberapa pertanyaan. Hana yang ia kenal bersemangat, nampak bukan seperti hana yang biasanya. Anshori pun mengalihkan pikirannya dengan membaca hasil syuro, tak beberapa lama ia melihat ada serangkai tulisan lain berwarna merah dan ia pun tertarik untuk membacanya.

" Allah hanya kepadaMu aku memohon, tolong jangan berikan cobaan ini kepada pahlawan hamba. cukuplah hamba yang menggantikannya, ia terlihat begitu lemah. beragam permasalahan, aku bisa menghadapinya namun untuk hal ini, aku seperti bayi lemah"

anshori kembali mengerutkan dahi, menandakan rasa penasaran terhadap kondisi hana yang aneh.



TO BE CONTINUE

Tidak ada komentar:

Posting Komentar